❝ Happy Reading ❞
Benar saja baru beberapa menit, Arkie sudah terlelap. Eksha menyunggingkan senyumnya ketika melihat wajah tenang Arkie. Tangannya terangkat untuk mengusap surai hitam yang sedikit basah itu.
Diusap-usapnya dengan lembut sambil menatap rupa tampan sang kekasih. Dia menduga jika Arkie mungkin mempunyai sedikit darah keturunan Eropa. Karena struktur wajahnya yang tegas bukan seperti kebanyakan orang Indonesia. Namun mau bagaimanapun rupa Arkie, Eksha akan selalu menerimanya.
Karena dilanda kebosenan Eksha mengambil hpnya untuk membuka sosmed. Sambil tangan kirinya senantiasa mengelus surai hitam Arkie.
Sedangkan Arkie semakin tenang dalam tidurnya. Sepertinya dia kelelahan.Hingga satu jam kemudian, Eksha sudah hampir mati kebosanan. Apalagi Arkie yang terus-terusan membenamkan kepalanya diperut Eksha. Apakah dia tidak kesusahan bernapas.
Beberapa kali juga panitia masuk ke dalam kelas Eksha. Reaksi mereka berbeda-beda, ada yang langsung meminta maaf karena lancang langsung masuk. Ada yang bodo amat, juga ada yang kaget. Namun mereka memilih diam.
Rasa takut pasti ada, karena Eksha anak pemilik sekolah. Padahal Eksha cuma diam doang. Tapi gapapa deh, itu satu keberuntungan bagi mereka berdua.
Eksha menepuk-nepuk pelan pipi Arkie untuk membangunkannya.
"Kie, bangun.." ujar Eksha dengan lembut.
"..."
Tidak ada respon selain Arkie semakin mengeratkan pelukannya diperut Eksha.
"Heh bangun, kita mau tanding lagi ini"
"Kie"
"..."
Eksha menghela napas, seperti inilah Arkie jika sudah tidur. Susah untuk dibangunin, padahal dia sendiri pun begitu. Tapi kan kondisinya berbeda.
"Arkieee...." geram Eksha sambil mencubit hidung mancung Arkie. Biarin dia tidak bernapas.
Dan benar saja, Arkie langsung membuka matanya. Dia langsung terbangun dan duduk. Ditatapnya Eksha dengan tatapan cengo.
"Kebo banget dah" gerutu Eksha.
"Hm? jam berapa sekarang?" gumam Arkie sambil mengacak-ngacak rambutnya.
Eksha memalingkan wajahnya. Dia sanggup dengan suara berat Arkie juga kondisi wajah Arkie jika sudah bangun. Hatinya terasa teracak-acak.
"Jam setengah 12 an"
Arkie memundurkan tubuhnya untuk sejajar dengan Eksha. Lalu bersandar di dinding sembari meletakkan kepalanya dibahu Eksha.
"Eh eh jangan tidur lagi!" cegah Eksha sambil mendorong pelan kepala Arkie.
"Masih ngantuk"
"Cuci muka sana"
Arkie semakin merapatkan tubuhnya untuk kembali menyadarkan kepalanya yang terasa sangat berat itu.
"ARKIE!"
Arkie mendengus kesal, kemudian duduk dengan tegap. Padahal dia sangat mengantuk, namun Eksha tidak mau menampung kepalanya.
"Kita bakal tanding habis ini"
"Gue ngalah aja, biar lu yang menang"
Eksha melotot dan menggelengkan kepalanya dengan kencang. Kenapa Arkie seperti mengalah. Kan ini pertandingan, seharusnya dia bisa mengeluarkan semangat kemenangan.
"Apasih gak usah kayak gitu!"
"Gapapa biar lu yang menang"
"Gak, seharusnya lu berusaha menang buat kelas lu lah! Kok buat gue sih?"
"Karena lu pemenang dihati gue, makanya lu aja yang menang"
Eksha yang geram namun dia juga tidak bisa menahan senyumnya. Kemudian tangannya refleks mencubit paha Arkie hingga sang empu mengaduh kesakitan.
"Aduh aduh kok dicubit sih Sha?" Arkie menahan tangan Eksha yang hendak mencubit lagi.
"Gatau kepengen aja!"
"Sakitt, udah ah"
Tiba-tiba pengumuman jika babak final akan segera dimulai. Barulah mereka berdua berdiri. Namun sebelum keluar kelas.
"Boleh lah kasih semangat dikit" ujar Arkie sambil tersenyum.
"Semangat yaa, lu gak boleh ngalah pokoknya"
"Cuma gitu doang?"
"Lah mau lu disemangatin pake apa?" Eksha memiringkan kepalanya bingung.
Mereka berdua sama-sama diam dan saling bertatapan. Hingga Arkie mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Eksha. Orang normal mungkin akan langsung menarik kebelakang kepalanya, namun Eksha masih diem sambil menahan napasnya. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika hembusan napas Arkie menerpa hidungnya.
Satu kecupan dibibir Eksha lolos begitu aja oleh Arkie. Sedetik kemudian dia menarik ke belakang kepalanya sambil menunggu reaksi Eksha.
"Energi gue langsung unlimited Sha" Arkie terkekeh sambil mengusak surai blonde yang masih cengo dengan apa yang barusan terjadi.
"..."
Eksha masih diam sambil kedip-kedip dan mencerna kejadian beberapa detik yang lalu. Ciuman pertama, itu disebut ciuman atau kecupan? rasanya aneh. Sekujur tubuhnya tiba-tiba terasa seakan mau terbang.
"Hei? mau lagi? kurang?"
Mendengar ucapan Arkie barulah dia tersadar dari lamunannya. Dan refleks mencubit lengan Arkie.
"Cium-cium! Kalo ada yang liat gimana? Lu mau masuk koran harian? dengan headline 'dua sejoli berciuman saat kelas sepi'. Mau hah?!" cerocos Eksha kesal.
Arkie hanya terkekeh sambil mengelus pipi Eksha dengan gemas.
"Mau kalo sama elu"
"GILAAA, DAH AH!" Eksha berjalan dengan hentakan persis seperti anak kecil yang kesal. Namun saat mencapai pintu dia berbalik dan menatap Arkie.
"Lu gak boleh ngalah! Awas aja!" Kemudian dia keluar dari kelas. Sedangkan Arkie menyusul keluar sambil tersenyum tipis.
Disini lah mereka sekarang, dibawah terik sang mentari yang siap memanggang mereka. Dua tim yang tengah beradu kemampuan. Tim Arkie dan tim Eksha yang sedang merebut kemenangan.
Semangat dari penonton juga tidak kalah membara. Ya karena para pemainnya semua tampan. Jadi tidak heran lagi, meski di terik siang itu, teriakan menggelegar para cewe seakan tidak kenal lelah.
Apalagi ketika kedudukan kedua tim seri. Eksha sudah berkali-kali menyeka keringatnya yang menghalau pengelihatannya dan berusaha merebut bola dari kaki lincah Arkie. Arkie pun yang melihat Eksha tanpa sungkan, langsung mendekati Eksha sambil menggiring bola kearah sang kekasih.
"EH KIE LU APAAN SIH, KOK DIKASIH KE DIA" sahut sang anchor.
Arkie tidak menggubris dan berlari ke sisi lain. Kejadian itu terus berulang-ulang. Arkie tanpa ragu memberikan bola kepada Eksha, hanya Eksha. Tentu hal tersebut membuat tim Arkie marah.
Hingga salah satu anggota tim Arkie tanpa ragu menjegal kaki Eksha ketika Eksha sedang berlari. Dan membuat Eksha jatuh terguling-guling.
"BANGSAT ARGHH"
tbc... voment + follow
✎ nv -21/01/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Teen Fiction⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...