❝ Happy Reading ❞
Jalanan sore itu basah karena hujan lebat satu jam yang lalu. Petrichor juga menyeruak damai menyapa penciuman. Awan hitam kembali berkumpul membentuk satu kesatuan, seperti berdiskusi untuk kembali menumpahkan suaranya.
Dua sejoli lengkap dengan pakaian pramukanya serta tas yang digendong di punggung mereka. Ketika dilihat dari raut wajah mereka, tampak jelas jika mereka menikmati suasana sore kelabu hari itu.
Disaat pengendara lain menambah kecepatan mereka untuk segera sampai di tujuan. Lain hal dengan dua remaja ini, motor yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan sore yang cukup sepi itu.
"Kie lu tau Geno gak? Yang kemarin gue ceritain" pemuda surai blonde memecang keheningan.
"Em tau. Kenapa?"
"Seharusnya tim Geno tuh kalah. Cuma nih katanya jurinya tuh punya koneksi sama mamanya Geno. Jadilah dia menang, padahal gue udah greget banget, jelas-jelas dia yang kalah."
Eksha menggebu-gebu dalam menyuarakan isi hatinya. Pasangan ini akhir-akhir ini menyukai hobi yang sama, yaitu menonton pertandingan entah itu pertandingan voli, futsal atau olahraga lainnya.
Bahkan rela menempuh perjalanan berjam-jam hingga ke Kabupaten lain demi menonton pertandingan itu. Arkie yang sebelumnya tidak terlalu bergaul dengan yang lain. Sekarang lambat laun menjadi akrab dengan teman-teman Eksha.
Itu satu kemajuan bagi Arkie, dan juga memberi dampak menyenangkan di Eksha. Pacarnya yang dulu sangat tertutup dan enggan berteman dengan siapapun, kini perlahan-lahan berani keluar dari zona itu.
"Loh bukannya itu curang. Seharusnya seportif dong" respon Arkie.
"Iya makanya tim Asel seharusnya menang, tuh katanya mereka mau protes ke pihak penyelenggaranya"
"Hari ini?" tanya Arkie.
"Besok katanya, ikut yuk??" seru Eksha sambil menepuk-nepuk bahu Arkie, mirip anak kecil yang antusias ketika melihat mainan.
Arkie mengintip dari kaca spionnya, binar di manik coklat itu memberi kesan menggemaskan.
"Kan besok gue kerja Sha.. kalo malem yaa ayo aja."
"Yah..." desah pelan Eksha.
"Katanya Asel tuh pagi jam 9 an, menghindari hujan kalo sore.." tambah Eksha lirih.
"Tapi kalo gak bisa juga gapapa kok. Lagian ini cuma protes bukan tanding lagi. Yakan?" binar di mata Eksha kembali terlihat jelas.
Arkie tersenyum dibalik helmnya. Dia mengangguk pelan. Eksha juga paham bahwa Arkie jika sabtu itu akan bekerja dari pagi hingga sore. Tidak seharusnya juga dia merengek demi mengemis waktu ke Arkie, ketika Arkie sendiri menghabiskan waktu liburnya demi seperak uang.
"Gue gak bisa janji soal ini, cuma kalo bisa. Seumpama bisa ganti shift sama bang Arya, gue bakal langsung kabarin lu nanti malam. Gimana?" tawar Arkie.
"Boleh-boleh. Ok- WOIII"
Belum sempat Eksha menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba datang dari arah samping, seperti menyalip mereka berdua. Nyaris saja mereka akan jatuh jika tidak buru-buru Arkie menghindari.
"Punya mata gak sih tuh cewek. Kira-kira kek kalo mau nyalip orang!" marah Eksha sambil melihat kedepan. Lebih tepatnya kearah dua cewek tanpa helm berkendara ugal-ugalan didepan mereka.
"Masih bocah SMP ternyata! Kie cepetin dikit Kie. Gue mau ngomong sama mereka."
Arkie tidak mengikuti apa maunya Eksha. Memang benar jalanan sore itu lenggang, tapi bukan berarti mereka juga harus saling ugal-ugalan demi memberi peringatan.
"Kie buruan, majuan dikit tuh!" tekan Eksha.
Arkie tetap lah Arkie, dia tidak akan menggubris Eksha jika menyangkut pautkan keselamatan. Biarlah Eksha merajuk daripada harus terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sedangkan Eksha sudah berdecak kesal. Apalagi ketika Arkie malah memelankan kecepatan motornya, semakin lah Eksha cemberut. Dua anak SMP tadi masih ugal-ugalan dan itu terpantau jelas oleh mereka berdua.
"Biarin aja kalo mereka jat-"
BRAK
Belum sempat lagi Eksha menyelesaikan ucapannya. Dua anak tadi sudah terjatuh dari motor hingga terjerembab ke semak-semak.
Tentu hal tersebut membuat Arkie panik dan langsung menghampiri mereka. Eksha tidak terkejut seakan-akan hal tersebut benar-benar akan terjadi.
Arkie meminggirkan motornya, melepaskan helm lalu berlari kecil menghampiri dua cewek yang lebih kecil darinya. Eksha ikutan turun dari motor dengan perasaan jengkel tentunya. Namun dia berinisiatif untuk menuntut motor dua cewek tadi ke tepian, agar tidak terjadi korban selanjutnya.
"Eh kalian ada yang luka gak?" tanya Arkie sambil berjongkok menatap dua cewek itu secara bergantian. Apalagi salah satu ceweknya seperti menangis.
"Dia sih kak.. aku cuma luka dikit." jelas Nenny sambil menunjuk temannya yang sudah menangis. Ketika Arkie menatap nametagnya.
"Mau ke rumah sakit ngga? atau gimana?" Arkie menelisik luka dua cewek itu, gak begitu parah hanya beberapa goresan aja, tapi ya lumayan.
"Anterin ke puskesmas aja, depan ada puskesmas tuh" sahut Eksha.
:+
Akhirnya mereka berempat menuju puskesmas. Saat kedua korban kecelakaan kecil tadi sedang diobatin. Eksha masih mengerucut bibirnya, mana hari sudah mulai gelap serta gerimis kecil mulai turun.
Padahal Eksha sudah menyusun rencana untuk memakan bakso langganan mereka berdua, yang menempuh waktu setengah jam dari sekolah, namun rencana itu pupus gara-gara dua cewek tadi.
Arkie menyadari perubahan wajah kekasih itu. Menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Eksha. Diletakkan tangannya ke atas paha Eksha.
"Kenapa?" ucap Arkie dengan nada yang lembut disertai dengan senyuman tipis.
"Gapapa kok"
"Laper?"
"Gatau coba tanya perut gue sendiri"
Arkie terkekeh pelan namun tangannya terangkat untuk mengelus perut rata Eksha.
"Perut, lu laper gak?" seperti menjawab pertanyaan Arkie, perut Eksha berbunyi cukup keras. Membuat Eksha seketika malu.
"Hahaha tuh laper katanya, gue beliin makan ya?" Arkie terkekeh pelan dan beralih menatap muka Eksha yang sudah memerah. Lucu. Arkie tidak tahan untuk tidak mengelus pipi tirus Eksha.
"Terus gue disini sendiri?"
"Bentar doang kok, ke depan ituloh"
"Umm... jangan lama-lama ya?"
Arkie tersenyum dan berdiri. Mengusak-ngusak pelan rambut Eksha.
"Iyaa gemes."
tbc.... voment + follow
✎ nv -02/02/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Novela Juvenil⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...