Hari itu seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidup Jong Dae, hari kelahiran putrinya. Dari awal, perencanaan pernikahan Jongdae dengan kekasihnya sudah dijadwalkan untuk diadakan setelah kelahiran anak pertama mereka. Namun, siapa sangka hari kelahiran Sawol juga merupakan hari di mana kekasihnya itu meninggalkannya untuk selamanya?
Sejak saat itu, Jongdae sering menyalahkan dirinya sendiri. Ia selalu berpikir untuk melamar kekasihnya itu setelah mereka wisuda, yang kemudian ia sesali tidak lakukan sejak awal.
"Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik," ucap dokter sebelum beliau meninggalkan Jongdae yang terpuruk di depan ruang operasi. Keluarganya terus menenangkannya, namun bagi Jongdae, hidupnya hancur. Hanya Sawol satu-satunya yang menjadi sumber peninggalan mantan kekasihnya itu.
Hari-hari terus berjalan, di mana Jongdae harus tetap menyelesaikan pendidikannya. Pergantian semester yang seharusnya menjadi sarana Jongdae berbaur dengan lebih banyak orang baru, kini hanyalah sebuah sebutan belaka. Jongdae tidak lagi berpikir untuk berbaur dengan orang baru. Setiap selesai kelas, ia hanya berpikir untuk segera pulang dan menemui putri semata wayangnya itu.
"Sorry, are you Kim Jong Dae?"
"Ne? Ne."
"Are you Korean? Can you speak Korean?"
Jongdae mengangguk. Pemuda di hadapannya mengulurkan tangannya, "Salam kenal. Aku Kim Min Seok, tapi orang-orang di sini lebih memilih memanggilku Xiumin. Aku senang akhirnya bisa bertemu dengan orang yang berasal dari Korea sepertiku."
Jongdae tersenyum. "Aku Kim Jong Dae, tapi orang-orang di sini juga lebih memilih memanggilku Chen."
Xiumin tersenyum lebar. "Maukah kamu ikut makan bersamaku? Kita bisa lebih mengenal—"
Chen menggeleng. "Maaf, tapi aku harus segera pulang."
Seharusnya, obrolan mereka terhenti di sana pada hari itu, kalau seandainya Chen tidak tanpa sengaja bertemu dengan Xiumin di taman pada sorenya.
"Kim Jong Dae!"
Ketika Chen menoleh, ia mendapati Xiumin tampak berlari menghampirinya. Xiumin tampak tersenyum lebar, "Sudah kuduga itu kamu."
Tatapan Xiumin teralihkan pada bayi di tangan Chen, "Ini ...?"
"Bayiku."
Xiumin tampak terkejut, namun pemuda itu menetralkan kembali wajahnya. Ia menoel-noel pipi bayi yang sedang terlelap itu, "Siapa namanya?"
"Sawol. Kim Sawol."
"Dia lucu. Bolehkah aku mencoba menggendongnya?"
Chen mengangguk. "Kamu tampak telaten. Apakah kamu sering menggendong bayi?"
Xiumin mengangguk. "Aku pernah bekerja part time di tempat penitipan anak."
Chen tampak tertegun. Pertemuannya dengan Xiumin di sore itulah yang membuatnya semakin mengenal pemuda itu. Dari obrolan mereka, Chen baru mengetahui bahwa Xiumin bekerja ini dan itu demi memenuhi biaya kuliahnya, di mana semua bermula sejak kedua orang tuanya meninggal dunia hampir setahun yang lalu.
"Apa?" Xiumin tampak terkejut saat Chen memberitahunya tentang kekasihnya yang baru saja meninggal dunia setelah melahirkan Sawol. "I'm sorry to hear that."
Chen tersenyum tipis. "Terkadang aku seperti ingin menyerah pada hidup."
Xiumin menyenggol siku Chen pelan. "Sebelum kamu melakukan itu, ingatlah Sawol membutuhkanmu."
Chen mengangguk. "Yeah."
Xiumin tersenyum tipis. "Dulu aku juga sudah hampir menyerah pada hidup saat orang tuaku baru saja meninggal," ucap Xiumin. Ia menoleh pada Chen yang duduk di sebelahnya, "Lalu tiba-tiba seseorang datang padaku dan menenangkanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Should be You [CHANBAEK 🔞] [COMPLETED]
RomansaWARNING: • Gay • 21+ • smut • explicit content • read at your own risk. •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Semua itu bermula dari Chanyeol yang mendatangi klub malam tempat Baekhyun bekerja. Setelah melewati...