22.

1.7K 105 5
                                    

haloo👋🏻

ak update cepat karena chapter sblmnya yg vote juga pada cepet hihi, terimakasih ya
😋💘

"Kamu tidak pulang?" Tanya Dikta pada pemuda yang masih betah memandangi wajah putrinya yang sedang terlelap di ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tidak pulang?" Tanya Dikta pada pemuda yang masih betah memandangi wajah putrinya yang sedang terlelap di ranjang rumah sakit.

Kenzo menatap Papa Dinda lalu beranjak dari kursinya. "Ini saya mau pulang, tapi kalo nanti malam saya ke sini lagi apa boleh, Om?" Tanya nya.

"Tidak perlu, sebaiknya kamu istirahat. Kamu sudah dari pulang sekolah sampe sore nemenin putri saya." Sahut Dikta menatap tegas pemuda tersebut.

Kenzo menghela nafas pelan. "Oke, kalo gitu besok sebelum saya berangkat sekolah aja saya kesini lagi."

"Yang ada kamu malah telat." Sahut Dikta.

"Telat mah ga masalah, asal saya liat Dinda sebentar,"

Dikta menggelengkan kepalanya kecil mendengar itu. "Masih muda sok-sokan."

"Saya serius Om, pokoknya besok saya mau kesini sebelum berangkat sekolah."

"Terserah kamu sajalah, saya capek." Final Dikta akhirnya, dilarang pun percuma, pasti bocah itu kekeuh akan ucapannya.

Kenzo tersenyum puas. "Sebelum saya pulang saya boleh minta sesuatu gak, Om?"

Dikta mengangkat sebelah alisnya heran. "Apa?"

"Boleh saya cium pipi Dinda sebelu—"

"Gak boleh!" Potong Dikta cepat dengan mata menghunus tajam.

"Sebenarnya saya udah cium pipi Dinda duluan sih sebelum izin." Gumam Kenzo jujur.

"Kurang ajar!" Dikta berucap marah sembari melempar pemuda itu dengan bantal sofa yang ada di kamar rawat putrinya.

Kenzo melindungi wajahnya dari bantal sofa tersebut sembari tertawa lepas. "Maaf Om, abisan saya ga bisa nahan."

Dikta bangkit, berancang-ancang untuk menyerang pemuda itu yang berucap dengan gamblang akan hal tersebut.

Kenzo yang melihat itu langsung mengangkat tangannya. "Iya-iya maaf," Kali ini Kenzo mengeluh, karena baru saja keningnya terkena jitakan kuat dari Papa Dinda.

"Lagipula saya cuma becanda, saya ga selancang itu buat cium pipi Dinda tanpa izin dulu." Kali ini Kenzo berucap jujur.

"Ga ada cium-cium! Untuk pegangan tangan saya masih maklumi, kalo sampe cium-cium jangan harap kamu bisa ketemu putri saya lagi." Ujar Dikta tegas.

Mendengar itu Kenzo meringis. Iya sih ia tidak cium pipi, tapi cium kening gadis itu, apakah tidak boleh juga?

"Saya cuma cium kening Dinda, itu juga ga boleh ya, Om?" Dan dengan bodohnya pertanyaan itu langsung terucap dari bibir Kenzo.

KENZO | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang