36.

1.1K 83 31
                                    

haloooo aku kembali👋🏻

update sore biar bisa sedikit nemenin klian sambil nunggu waktu buka yang masih lama untuk WIB hehe

Setelah kejadian malam itu, Dinda terus mengurung diri di dalam kamar dengan waktu hampir dua minggu lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian malam itu, Dinda terus mengurung diri di dalam kamar dengan waktu hampir dua minggu lamanya. Hampir setiap hari gadis itu menangis semenjak Kenzo mengajaknya untuk mengakhiri hubungan mereka.

Beruntungnya kelas dua belas libur dua minggu setelah ujian, jadi gadis itu tidak di absen karena perkara mengurung diri tersebut.

Dan selama itu pula, baik Aghnia maupun Dikta kelimpungan karena Dinda mogok berbicara, bahkan mogok makan. Hal itu membuat mereka khawatir akan kesehatan putri mereka yang menurun.

"Papa keluar aja! Dinda gamau nemuin Papa dulu!" Ini usiran Dinda kepada Papanya untuk yang kesekian kalinya semenjak hari dimana ia mulai mengurung diri.

Salahkah jika ia menyalahkan Papanya atas berakhirnya hubungan antara dirinya dengan Kenzo?

Tak dapat dipungkiri kadang ia merasa tidak tega saat melihat raut sedih sang Papa, namun kali ini ia benar-benar berada di puncak marahnya. Bahkan tak jarang saat ia melihat wajah Papanya, ada sedikit rasa benci yang hampir tumbuh di hatinya.

Namun ia yakin, sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa membenci sang Papa walau sekecil apapun rasa itu. Perasaan yang hampir seperti benci itu mungkin muncul karena rasa kecewanya pada sang Papa yang masih tetap menjalankan acara perjodohan padahal jelas-jelas ia sudah mencintai seseorang. Itulah yang ia pikirkan selama ini.

"Papa minta maaf, jangan lupa dimakan ya, nak," Dikta mengusap surai sang putri lembut dibarengi dengan helaan nafas panjangnya.

Dinda yang mendengar dengan jelas nada sedih sang Papa pun mati-matian untuk tidak terisak. Namun usahanya gagal, isakan kecilnya keluar begitu saja saat ia mendengar suara knop pintu terbuka.

Sedangkan Dikta berhenti pada ambang pintu.

"Mungkin cara Papa memang salah, tapi percayalah, Papa melakukan ini karena Papa sayang sama kamu. Papa ingin kamu menjadi sosok yang lebih dewasa, karena Papa tidak tau sampai kapan Papa bisa tetap berada disisi kamu untuk menjadi sandaran apabila kamu sedih."

Setelah mengatakan itu, Dikta mengusap sudut matanya. Lalu pria itu menutup pintu kamar sang putri, dan meninggalkan kamar putrinya dengan kepala yang sedikit menunduk. Rasa sakit terus menghantam hatinya saat ia melihat putrinya menangis seperti itu, apalagi penyebab sang putri menangis karena dirinya.

"Kenapa si Papa selalu ngucap kaya gitu?" Dinda bangkit sembari menangis sesenggukan. Ada rasa takut dihatinya setiap sang Papa mengucapkan kalimat seperti tadi.

Dinda mengambil pigura yang berisi fotonya bersama sang Papa dan sang Mama. Ia mengusap foto sang Papa dengan lembut. "Dinda takut kalo Papa ngomong kaya tadi tau gak? Dinda sayang sama Papa, sama Mama juga. Dan Dinda gasuka kalo kalian ucapin kalimat seolah kalian mau ninggalin Dinda." Ucap gadis itu seolah sedang berbicara Papa dan Mamanya.

KENZO | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang