35.

1.1K 88 24
                                    

haloooo👋🏻, maaff bngt baru bisa update 🙏🏼

haloooo👋🏻, maaff bngt baru bisa update 🙏🏼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa jadi deg-degan gini si." Gumam Kenzo dengan tangan satu mengepal kuat, sedang tangan satunya lagi memegang sebuah bucket bunga sederhana.

Sebenarnya ia sangat gugup, namun, berhubung ia sudah di depan rumah kekasihnya, tangannya pun tak pikir panjang langsung menekan bel rumah sang kekasih. Ia memilih mengabaikan rasa gugup, deg-degan, dan perasaan campur aduk lainnya yang ada dihatinya.

Tak lama pintu besar rumah tersebut terbuka sedikit, bersamaan dengan kepala kekasihnya yang menyembul dengan senyum malunya. Sedangkan Kenzo dengan cepat langsung menyembunyikan hal yang dibawanya ke belakang tubuhnya.

"Nunggu dari tadi?" Tanya Dinda sembari membuka pintu agar semakin lebar.

Kenzo menggeleng dengan senyum menawan serta tatapan kagum yang tertuju pada kekasihnya yang menggunakan dress simpel lima senti dibawah lutut. Dress tersebut berwarna ungu pastel, yang menurutnya sangat cocok dengan kekasihnya yang feminim. Rambut gadis itu juga dibiarkan tergerai indah dengan sedikit kepangan di kedua sisi serta pita yang tersemat di rambutnya.

 Rambut gadis itu juga dibiarkan tergerai indah dengan sedikit kepangan di kedua sisi serta pita yang tersemat di rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantik." Gumam Kenzo langsung tanpa sadar.

Mendengar itu Dinda melebarkan matanya dengan pipi yang mulai memerah lantaran tersipu malu. "A-ayo masuk, Papa sama Mama udah nunggu." Ujar Dinda terbata lantaran gugup.

Kenzo mengangguk, saat kekasihnya akan melangkah menjauhinya, ia langsung menahan tangan gadis itu dan langsung memberikan hal yang sudah ia bawa kepada sang kekasih. "Buat kamu."

Melihat bunga itu Dinda langsung menerimanya dengan senyum manis yang mulai melebar di bibir tipis gadis itu. "Terimakasih." Ucapnya tulus.

Kenzo mengangguk pelan. "Kita kaya mau lamaran ya..." Ujarnya pelan.

Mendengar itu Dinda terdiam, namun tanpa disadarinya tangannya yang tak memegang bunga terkepal erat. Rasanya ia ingin menangis mendengar ucapan itu, karena sebenarnya ia memiliki firasat tak enak akan tujuan Papanya mengajak Kenzo dinner bersama.

KENZO | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang