Waktu satu bulan untuk menulis novel benar-benar sangat singkat, apalagi ini pertama kalinya untuk Kay. Gadis itu sampai harus begadang berhari-hari demi mengejar target.
Ia bahkan mengundurkan diri dari salon kecantikan Valerie, dan hanya bekerja pagi hari bersama Rika di kantin rumah sakit.
Dalam seminggu ini, Kay berhasil menyelesaikan 15 bab pertama. Ia juga sudah membaca setumpuk buku referensi yang dipinjamnya dari perpustakaan berdasarkan saran Kak Hawa.
Jangan tanya bagaimana kondisi otak Kay. Uh, sudah pasti berasap mengepul sampai bau gosong. Kabar baiknya, selama seminggu ini pula Ken begitu memperhatikan Kay.
Mulai dari rajin memesankan sarapan setiap pagi, membelikan makanan manis pemicu mood, selalu menyapa pagi hari Kay dengan motivasi, juga kerap kali memberi Kay pujian. Terkadang kalau tidak sibuk malah menemani Kay begadang. Maksudnya via telepon.
Semua perhatian tersebut tentu tidak luput dari penglihatan Tiara. Jujur saja, rasa kehilangan itu ada. Kehangatan Ken yang ia minta sirna dari hidupnya, menjadikan Tiara semakin dingin tak tersentuh. Termasuk kepada Kay, rekan serumah.
Berbanding terbalik dengan musim semi di semesta Kay. Semua bunga sedang mekar-mekarnya. Mentari bersinar hangat dengan embusan angin yang sejuk.
Sembilan tahun memendam rasa, kini akhirnya ada harapan untuk terbalas juga. Bolehkah Kay berbangga?
Tunggu dulu, Lala tidak mengizinkan.Setelah mendengar semua perhatian Ken yang diceritakan Kay dengan wajah berseri-seri, Lala memberi komentar. "Lo tau yang namanya love bombing?"
Kay menggeleng, "apa itu?"
"Memberikan perhatian yang terlalu intens, gak wajar dan berlebihan. Lo mau pake bahasa kasar? Lebay. Alay."
Kening Kay berkerut dalam. "Ada istilah kayak gitu juga?"
"Ada lah! Dan menurut gue yang lagi Ken lakuin ke lo sekarang adalah love bombing. Hati-hati, hubungan ini gak sehat. Bahkan berisiko ke psikologis korban."
"Apaan sih, La?" Kay setengah terkekeh. "Lagian ngapain Kak Ken ngelakuin hal kayak gitu? Tujuannya apa coba?"
"Please, Kay, kali ini jangan goblok." Lala berkata serius. "Coba lo pikir. Segitu cintanya Ken dulu sama Tiara. Kenapa tiba-tiba dia berbalik memberikan semua kasih sayangnya ke lo, hah? Lo lagi dijadiin sasaran bombardir, Kay, sadar!"
"Lala!" Lama-lama Kay tidak terima mendengar pemikiran buruk Lala tentang Ken. Ada dendam apa dia dengan Ken? Kenapa sebegitunya membenci?
Untungnya Lala tidak mudah sakit hati. Dokter muda itu masih mau memberikan petuahnya untuk Kay.
"Gini deh, contohnya lo udah suka bertahun-tahun sama Ken, apa rasa suka lo itu akan hilang gitu aja hanya karena ada Dirlan yang lebih tulus suka sama lo?"
"Tuh, kan! Selalu bawa-bawa Dirlan tiap bahas masalah gue sama Kak Ken." Kay memberengut sembari melipat tangan di dada. "Gini ya, La- "
Lala menghentikan ucapan Kay menggunakan gerakan tangan menyetop ketika ponselnya berdering atas nama My Beloved Arya.
Kay mendengus malas. Sejak kejadian Arya tertembak kemarin, lelaki itu memang lebih sering memberi kabar. Lihatlah, sekarang Lala sedang senyum-senyum tidak jelas.
"Lo juga hati-hati kena love bombing. Jangan cuma pacarannya aja yang bertahun-tahun, eh nikahnya sama orang lain."
Lala melotot, gadis itu mengumpati Kay tanpa suara. Dan Kay sengaja memeletkan lidahnya sebelum berteriak, "Pak Poles, cepetan atuh dihalalin Lala-nya! Yang suka Lala banyak tauk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Luka
Teen FictionKay sudah pernah bodoh dalam mencintai Ken. Mengejar, berkorban, banjir air mata, dikecewakan, dihempaskan harapan, dinomorduakan ... semua sudah Kay rasakan. Kay lelah, lalu Tuhan mengistirahatkannya dengan sebuah kecelakaan yang membuatnya terbari...