Hari ini Kay bangun pagi sekali. Senyum ceria di wajahnya sama sekali tidak luntur selama berkendara menuju rumah sakit untuk bertemu Ken.
Sampai di sana pukul enam, Ken sudah menunggu di lobi. Mengapa harus jam enam? Karena sebelumnya Ken mendapat shift malam, dan jam 6 itu sudah hampir pergantian shift.
"Pagi, Kak Ken."
"Pagi, Kay." Ken menjawab ramah, lengkap dengan senyuman manis walau raut lelah serta kantung mata tercetak jelas di wajahnya. "Ayo, kita langsung ke dapur."
Kay mengangguk, berjalan mengikuti Ken ke sebuah ruangan di lantai 1. Ruangan tempat para jasa boga dan pramusaji menjalankan tugas.
"Pagi semua!"
Kesibukan para penghuni dapur terinterupasi oleh sapaan dari Ken. Seorang wanita berusia 40 tahun melangkah maju untuk mewakili bertanya. "Ada apa, Dokter Ken?"
"Bu Mega, perkenalkan, gadis ini rekan kerja baru kalian, namanya Mikayla." Ken menjawab pertanyaan Bu Mega. "Kay, ini Bu Mega, beliau kepala divisi dapur," lanjutnya. "Sekarang kamu perkenalkan diri."
"Halo semua, saya Kay. Ke depannya akan menjadi rekan kerja kalian. Mohon bimbingannya." sapa Kay sembari membungkukkan badan dengan hormat.
"Halo, Kay. Selamat bergabung bersama kami." sahut seorang koki lelaki mewakili rekan-rekannya.
"Kalau begitu kalian lanjut kesibukannya dulu, terima kasih waktunya." ucap Ken menginteruksi. Setelahnya, para pekerja dapur kembali sibuk menyiapkan makanan sehat untuk sarapan para pasien.
"Kay, sudah bawa berkas yang dibutuhkan?"
"Udah, Kak." Kay menyerahkan sebuah map berisi CV dirinya pada Ken.
Ken menerimanya, mengeceknya sesaat. "Oke, kamu boleh keliling dulu, nanti setelah pekerjaan mereka longgar, kamu bisa ke sini lagi menemui Bu Mega."
"Loh, a- aku gak perlu daftar nih, Kak? Gak perlu wawancara atau apa gitu?" Kay bingung.
Normalnya, para pekerja baru pasti harus mendaftarkan diri, bukan? Sekali pun memakai orang dalam juga harus ada pendaftaran formalnya. Mengapa dirinya bisa langsung asal masuk?
Melihat keheranan Kay itu, Ken justru tersenyum. "Kamu dari awal sudah diterima, gak perlu lagi daftar-daftar. Ini," Ken mengangkat CV Kay, "ini aman di tanganku. Anggap saja barusan kamu mendaftar."
"Hah?"
"Apa kok hah?" Ken terkekeh. "Sudah ya, aku tinggal."
"Ka- Kak Ken mau ke mana?"
"Ke bangsal, ngecek kondisi. Kalau sudah aman, mau bersih-bersih, terus pulang." jawab Ken komplit.
"Mm, Kak Ken ... makasih," Kay gugup.
Ken tersenyum manis sekali, semakin menambah kadar tampannya. Hobi lelaki satu ini memang tersenyum. Ia ramah dan sangat baik pada siapa saja.
"Santai aja ya, Kay. Aku seneng kamu kerja di sini."
Kay menggigit bibir, hawa panas mulai menjalari pipinya, bersamaan dengan degupan kencang di dada.
"Nanti sarapan bareng?"
"Boleh."
"Yes!"
Kepalan tangan setengah badan Kay tunjukkan beserta cengiran cerianya. Mengiringi langkah kaki Ken masuk ke dalam lift untuk kembali ke bangsal bedah saraf di lantai 3.
●○●○●○●○●○
Hari ini sepertinya ada backing soda yang menempel di bibir Kay. Terbukti dari senyumnya yang selalu mengembang sejak tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/340948968-288-k520283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Luka
Подростковая литератураKay sudah pernah bodoh dalam mencintai Ken. Mengejar, berkorban, banjir air mata, dikecewakan, dihempaskan harapan, dinomorduakan ... semua sudah Kay rasakan. Kay lelah, lalu Tuhan mengistirahatkannya dengan sebuah kecelakaan yang membuatnya terbari...