29. Semangat Baru

123 16 7
                                    

Halo halo haiiiii

Masih dalam suasana lebaran

Taqabbalallu minna wa minkum, wa siyamana wa siyamakum. Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin 😊🙏🏻

Maafin aku yang ngilang lama tanpa kabar. Sok atuh kalo mau ngehujat mah 🤧

Selamat membaca. Be happy yaa ❤

✨✨✨

Satu minggu mengenal Mikayla, Aneko merasa dejavu. Ia seperti kembali pada kejadian bertahun-tahun silam. Tepatnya di sebuah kebun stroberi, bersama gadis berdarah Jepang-Bulgaria.

Luka yang Mikayla bawa -sekaligus yang disembunyikannya saat ini- sudah pernah Aneko jumpai pada teman lamanya.

Dialah Flavio Higashino, satu dari dua pemilik brand tas dan parfum ternama yang sempat membuat Kay, Ken dan Tiara berselisih.

Sore ini, gadis itu duduk bersama Aneko dan Kak Hawa. Di sebuah kafe cabang milik kekasihnya, Xelse Cafe. Menunggu kedatangan pemeran utama.

"Anak itu jelas terluka, dia tidak menyembunyikannya, tapi juga tidak mau mengakuinya," kata Kak Hawa, menatap langit jingga. Membayangkan sosok penulis baru binaannya.

Bel pintu kafe berbunyi. Dua gadis SMA keluar, tepat berpapasan dengan Mikayla yang sedari tadi menjadi bahan perbincangan.

Kay berjalan terburu-buru, tangannya sibuk menyeka butir air hujan. "Hai, maaf telat." katanya dengan senyuman canggung.

"Menerobos hujan?" tanya Flavio.

Kay mengangguk kikuk, "Hm, ya, sedikit gerimis tadi di depan."

"Duduk," Flavio mengulurkan tisu.

"Terima kasih," ucap Kay.

"Mikayla Milcha, Princess Lotus, penulis Crying Fairy. Tidak salah orang, kan?"

"O- oh, enggak kok enggak," Kay cepat-cepat menerima uluran tangan wanita asing di depannya. "Dengan ... ?"

"Flavio Higashino. Panggil aku Vio. Salam kenal, Mikayla."

"Oh iya, salam kenal, Kak Vio."

Mata Kay menatap takjub wanita berambut pirang di depannya. Parasnya bule, tapi punya vibes kalem dan manis seperti gadis Asia.

"Nah, Gadis Muda, mari kukenalkan. Dia adalah bos sekaligus teman lamaku, dia yang sedang merintis bisnis film animasi," jelas Aneko.

Kay mengangguk mengerti.

"Asal kau tau, Mikayla. Dia ini sombong sekali. Kau ingin menemuinya, maka harus membuat janji sebulan sebelumnya. Kau termasuk beruntung bisa langsung bertemu dengannya hari ini," cerocos Aneko panjang lebar.

Flavio menyikut perut Aneko, "Suneo, sebelum kemari, harusnya kamu belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bicaramu banyak sekali tapi tidak bermutu."

"Hei, Vio, kau- "

"Ssst, aku kemari bukan karena bujukanmu, tapi karena aku memang tertarik pada penulis muda di depanku ini. Tidak perlu berbangga diri. Paham?" Flavio memotong jengah.

Aneko hendak menjawab, namun pelototan tajam Flavio membungkam mulutnya.

Flavio menoleh pada Kay, berkata pelan, "Kay, ayo kita bicara berdua."

●○●○●○●

Sebuah ruang private di rooftop. Satu sisi dinding full material kaca. Tempat yang tenang untuk menatap bentang oranye.

Hai, LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang