13. Restu Mama Dirlan

180 26 9
                                    

Slay UPDATE meski READERS begitu syulit VOTE

😌😌😌
.
.
.
.
.
.
.

Langkah kaki Dirlan membawanya berjalan di atas ubin-ubin besar berwarna hitam mengkilat, tersusun sejajar dengan pintu utama seakan pengganti karpet merah di sebuah rumah mewah bergaya Eropa klasik-modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Dirlan membawanya berjalan di atas ubin-ubin besar berwarna hitam mengkilat, tersusun sejajar dengan pintu utama seakan pengganti karpet merah di sebuah rumah mewah bergaya Eropa klasik-modern.

Rumah yang memiliki pilar-pilar penyangga dengan tinggi menjulang, balkon-balkon megah, dinding berornamen emas, serta lampu kristal yang terpasang di langit-langit dan menjuntai sepanjang 1,5 Meter.

Tidak ada aspal di halamannya yang luas, semua terlapis ubin. Air mancur ada di tengah-tengah, mengalirkan air jernih nan sejuk.

Tanaman boxwood dipangkas rapi tumbuh di sekeliling air mancur, di dalam pot-pot besar yang menunjukkan kesan elegan. So luxury home.

Dirlan memang berandalan, tapi ia juga seorang dokter jika sneli putihnya terpasang. Satu lagi, Dirlan adalah Tuan Muda Vauzhan.

Pintu besar setinggi dua kali lipat tinggi badannya itu dibuka oleh seorang pria bersetelan rapi. Pria tersebut menunduk hormat sembari berkata, "silakan masuk, Tuan Muda."

Dirlan mengangguk ogah-ogahan, ia langsung memasuki rumah, lalu seorang maid menghampirinya, mengambil alih tas punggungnya yang berat.

Tampang Dirlan begitu lusuh dan dekil. Ia ingin cepat-cepat mandi, lalu merebahkan tubuh di king sized bed yang sudah seminggu ini ia rindukan.

Dirlan berdiri di depan lift, terlalu malas jika harus menapaki tangga untuk sampai di kamarnya yang ada di lantai tiga.

"Lanlan," panggil seorang wanita. Suaranya terdengar lembut dan tegas di satu waktu.

Dirlan membalikkan badan, melihat seorang wanita yang dengan anggunnya menuruni tangga. Jemari lentiknya menyusuri pegangan tangga. Kuku-kukunya panjang berwarna merah menyala.

Rambutnya disanggul sederhana dengan tusuk rambut berbentuk bunga teratai. Tubuhnya ramping berbalut busana Cheongsam -- baju khas China yang biasa dipakai saat perayaan Imlek dan menunjukkan kebangsawanan.

Namanya Ling Jingyi, wanita berdarah asli Tionghoa. Ling Jingyi menikah dengan papa Dirlan. Sedangkan papa Dirlan sendiri adalah adik kandung mamanya Keanu dan Valerie, pemuda asli Indonesia.

"Halo, Ma." sapa Dirlan, sebelah tangannya melambai malas-malasan.

"Sini, mengobrol sebentar dengan Mama," ucap mama Dirlan, lalu berjalan menuju sebuah ruangan terbuka di seberang ruang tamu.

Ruangan dengan aksen Tionghoa kental berupa dinding melingkar besar di tengah-tengah ruangan, sebuah meja panjang, beberapa bantalan sebagai alas duduk lesehan, lukisan bunga teratai, juga lampion merah yang tergantung.

Hai, LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang