07. Pekerjaan Baru

212 29 10
                                    

Guys, cerita ini emang genre nya "ANGST" ya
Apa itu? Ya yang sedih² gitu 😗

But don't worry, Guys.
Masih ada selipan humor² recehnya kok 😘👌🏻

Bismillah, aku pasti berusaha bikin cerita ini berkesan. So, thanks kalian yang masih bertahan 😙

Selamat membaca!

.
.
.

Juni, 2016

Duduk seorang diri di barisan gundukan tanah, di bawah langit gelap tanpa sinar matahari, Mikayla mematung dengan segenap kerapuhan yang tertahan.

Diusapnya pipi yang telah basah oleh ribuan air mata kesakitan, Mikayla mengucap salawat sebagai penutup doa panjang untuk almarhum papa.

Tangan yang sudah kecil dan semakin kurus beberapa bulan belakangan itu, mengusap nisan dengan lembut. Dikecupnya sekali, namun cukup lama.

"Pa, Kay gak marah kalo emang Papa gak ninggalin warisan. Kay gak gila harta, Pa. Selama ini nafkah yang Papa berikan sudah sangat-sangat cukup."

"Tapi apa boleh Kay egois? Bukannya rumah yang Papa tinggalkan itu rumah kita? Bibi dan Paman cuma numpang kan, Pa? Harusnya mereka yang pergi, Pa. Bukan Kay sama Mama."

Kay menggenggam tanah yang masih basah oleh air mawar. Ia mengepal, meremas kuat-kuat, melampiaskan segala amarah dan rasa tidak terimanya pada takdir.

"Papa tau? Selama dua bulan ini Kay dan Mama hidup pindah-pindah tempat. Selain gak punya uang untuk bayar DP kontrakan, orang-orang gak mau menampung penderita kelainan fisik kayak Mama."

"Kadang kita tidur di masjid, kadang di gedung sekolah yang kosong, kadang di pos ronda. Kita pernah tidur di emper toko, Pa. Terus paginya kita diusir, persis banget kayak adegan di sinetron yang suka Mama tonton."

Kay mengusap air mata dengan punggung tangan, menarik napas dalam-dalam. "Papa pergi terlalu cepat. Papa gak sayang sama Kay. Papa tega ninggalin Kay. Papa ingkar janji."

Kay semakin terisak. Punggung kecilnya bergetar hebat. Dadanya nyeri. Sakit sekali, Ya Allah. Bukan sekedar mimpi yang terkubur, sosok ayah penyemangat Kay dalam bermimpi pun terkubur.

"Maafin Kay yang menyalahkan takdir-Mu, Allah. Kay bener-bener gak ngerti apa tujuan dari penderitaan ini. Kay terlalu bodoh untuk mengambil hikmah yang tersembunyi. Kay hanya mau Papa! Kay mau Papa bangun! Apakah bisa?"

●○●○●○●○●○

Februari, 2017

Tempat Pemakaman Umum yang biasanya sepi dan hanya bisa menemui penjaga makamnya saja, kini tampak ramai oleh pria-pria berhelm oren khas pekerja bangunan.

Alat-alat berat seperti truk dan mobil pengeruk pun terparkir di sana. Kay menyibak kerumunan untuk mendapat informasi.

"Pak!" panggilnya pada pria perut buncit yang sibuk memberi instruksi pada para pekerja.

"Anak kecil tidak boleh di sini. Keluar, Dek." ucap pria tersebut.

"Pak, saya mau tanya, ini lagi ada apa?"

"Gusur."

Deg!

"Gu- apanya yang mau digusur?"

"Yok, mundur-mundur ... " pria perut buncit tadi mengabaikan Kay. Ia sedang memberi aba-aba pada mobil bak berisi tanah.

Beberapa pekerja segera menghampiri mobil tersebut. Masing-masing dari mereka memegang sekop tanah, lalu mulai menurunkan tanah dalam bak mobil.

Hai, LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang