Mikayla, gadis yang baru saja gagal mengantar pizza pesanan pelanggannya itu termenung setelah mengkilas balik sedikit kisah masa lalunya.
"Berarti udah sekitar sembilan tahun kita gak ketemu ya, Kay?" tanya Ken setelah mengajak Kay duduk berdua di kantin rumah sakit.
Kay menoleh, tersenyum semanis mungkin walau ia sendiri tidak yakin kalau senyumnya manis. "Iya, Kak." jawabnya lembut.
"Apa kabar?"
Kay menegakkan tubuh, memperlihatkan kondisi bugarnya. "Seperti yang Kak Ken lihat." ucapnya kemudian. "Kak Ken sendiri apa kabar?"
"Aku baik, alhamdulillah. Kamu ... sekarang jadi kurir makanan, Kay?" Ken bertanya hati-hati. Kay mengangguk membenarkan. "Gimana sama kuliah kamu?"
"Aku gak kuliah, Kak. Cuma lulusan SMA."
Dahi Ken mengernyit, "sebentar, seingatku dulu kamu aktif di organisasi, kamu juga cukup pintar. Kalau alasan kamu gak kuliah karena masalah biaya, harusnya prestasi kamu cukup untuk mendapatkan surat rekomendasi dari IIBS."
"Hm, IIBS emang selalu memperhatikan masa depan siswanya. Tapi bukan itu masalahnya. Mau gimana lagi, emang ini jalan yang harus aku lalui."
Ken manggut-manggut, tidak memaksa Kay berterus terang. "Valerie tau masalah ini?"
"Aku udah lama loss contact sama Valerie."
"Kalian dulu cukup dekat, kan?"
"Iya."
Ken menghela napas, ia senang bertemu adik juniornya. Namun ia juga sadar jika Kay seperti tengah menanggung banyak beban.
"Minggir!" ucap seseorang tiba-tiba, ditujukan pada Kay.
Kay sedikit menoleh ke belakang, ternyata Dirlan pelakunya. "Lo lagi?"
"Yes, gue lagi. Kenapa? Gak suka?"
"Sangat!" balas Kay ketus.
"Minggir lo, ini tempat duduk gue."
"Ya elah, Dirlan! Tempat duduk banyak kali," sahut seorang perempuan berseragam perawat. "Ken, siapa nih?"
"Namanya Kay, adik kelasku dulu di IIBS. Dia juga sahabatnya Valerie," jelas Ken. "Kay, kenalin ini Ririn, perawat di bangsal Bedah Saraf."
"Halo, Kay." Ririn menyalami Kay dengan ramah.
Kay membalasnya tak kalah ramah, "halo juga, Kak Ririn."
"Udah nih dramanya?" Dirlan merusak suasana.
Akhirnya Kay yang masih waras pun mengalah, pindah duduk di sebelah Ririn, dan Dirlan dengan senyum penuh kemenangannya duduk di samping Ken.
Namun sebelum itu, ia lebih dulu menepuk-nepuk bekas duduk Kay. "Wahai virus dan bakteri bawaan gadis pendek, menghilanglah kau dari kursi ini!"
"Ngeselin lo ya!"
"Wlee," Dirlan menjulurkan lidah mengejek.
Ken hanya tersenyum menyaksikan perdebatan itu. "Udah, Kay, gak usah diladenin. Mau makan apa biar aku ambilin?"
Deg!
Bolehkah Kay berteriak girang? Seorang Keanu Arkenzi, crush-nya selama 9 tahun menawarinya mengambilkan makan?
"Mm ... a- aku ambil sendiri aja, Kak." Kay gugup, jelaslah.
Beruntung Ririn cepat tanggap, segera merangkul pundak Kay untuk mengantre makanan bersama. Setelah makanan tersaji di atas meja, tak lama datanglah dua orang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Luka
Novela JuvenilKay sudah pernah bodoh dalam mencintai Ken. Mengejar, berkorban, banjir air mata, dikecewakan, dihempaskan harapan, dinomorduakan ... semua sudah Kay rasakan. Kay lelah, lalu Tuhan mengistirahatkannya dengan sebuah kecelakaan yang membuatnya terbari...