Kala senja menggoda bintang bulan
Meminta gemerlapnya membangunkan Puan
Kala fajar merayu cahaya hangat surya
Menitip salam agar Puan membuka mataDan kicau burung berpadu menjadi orkestra mengajakmu bangun
Puan, kau masih saja berbaring anggunDari langit yang mengayomi bumi, disiramkan olehnya rintik hujan demi merangsang penciumanmu dengan aroma tanahnya yang nyaman
Bersama angin Juli, Beringin meniupkan lebih banyak oksigen
Memenuh sesakkan ruangan kelammu dengan kesejukan
Lagi-lagi supaya sabit di bibirmu kembaliKata-katanya selayak puisi, begitu saja terucap dari bibir Mama Kay. Jemari rentanya menari di atas tangan kurus kering sang putri. Selang tertancap di sana. Kassa dan plester menghias di dekatnya.
Dua anak manusia sedang berdebat, Puan
Bersilat lidah tentang sebab kau merajuk dalam mimpi panjang
Tidakkah kau ingin menjadi wasit untuk mereka, Puanku Sayang?Sorot mata Mama Kay begitu tenang menatap putri cantiknya
Bangun, Wahai Puan
Kau bukan si pemalas yang hobi rebahan
Kau gadis kecil berotot besi
Remaja tanggung berhati baja
Wanita hampir dewasa sang penyimpan lukaHei, Puan
Ada hati yang akan sangat menghangat kala jendela hatimu yang sipit itu dibuka
Akan ada sejuk yang mengetuk kalbu, merembet naik memicu linangan air di mata iniTugasmu masih menumpuk, Puan
Bahagiamu masih menunggu
Ayo bangun, Puanku SayangSetetes air mata jatuh, mengalir di pipi Mama Kay. Terus turun, jatuh terjun hingga membasahi kassa di punggung tangan Kay.
Bagai setruman listrik, mengalirkan daya yang berkali-kali menghantar sengatan pada sistem rangsangnya.
Seakan memanggil-manggil namanya di gendang telinga. Seakan menggoyang-goyangkan lengannya yang kaku.
Mama Mikayla membeku dengan mulut ternganga. Bola matanya membesar. Telinganya berdengung saat alat pendeteksi jantung putrinya berbunyi nyaring.
"Mikayla!" jerit paniknya terdengar hingga ke luar ruangan.
Membuat Dirlan yang sejak tadi menunggu di luar, segera menyusul masuk menenangkan Mama Kay sekaligus menekan bel memanggil dokter.
"Ayo bangun, Kay. Aku mohon.
●○●○●
Apa yang kalian harapkan dari tokoh utama dalam sebuah cerita yang telah pergi lebih dari tujuh bulan lamanya?
Tamatkah ceritanya? Atau bangunkah lagi ia? Menghidupkan kembali pengharapan?
Hai, Semesta. Berkat kuasa Tuhan melalui perantara para medis berjas putih, sambutlah kembali bangunnya Mikayla Milcha!
Gadis manis bermata sipit. Gadis kuat kesayangan Mama. Gadis periang rebutan dua pria, bagaimana kabarmu?
"Kaku," lirih bibirnya berucap kala Dokter Wicaksana menanyakan apa yang ia rasakan.
"Kaku ... sakit ..."
Gadis itu tampak ingin menjerit, namun apalah daya ia tak bisa. Mata sipit itu menjelajah ruangan. Otaknya yang masih lemah terhadap rangsangan ia paksa mengidentifikasi apa, siapa, kapan, berapa lama dan bagaimana ia bisa terbangun dengan seluruh badan sakit seperti ini?!
"Mikayla," Dokter Wicaksana mencoba mengajaknya bicara. "Hai, Gadis Hebat, kau tau kau di mana?"
Kepalanya menggeleng kaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Luka
Novela JuvenilKay sudah pernah bodoh dalam mencintai Ken. Mengejar, berkorban, banjir air mata, dikecewakan, dihempaskan harapan, dinomorduakan ... semua sudah Kay rasakan. Kay lelah, lalu Tuhan mengistirahatkannya dengan sebuah kecelakaan yang membuatnya terbari...