15. Kerapuhan Tiara

211 26 6
                                        

🌟 SELAMAT HARI PAHLAWAN 🌟

Tidak perlu pedang dan pistol untuk menjadi pahlawan di era sekarang. Cukuplah kita bersungguh-sungguh pada apa yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab.

Mari menjadi pahlawan untuk diri sendiri dulu. Pahlawan yang mampu membunuh hawa nafsu, menumpas habis niat bermaksiat, meniadakan iri dan dengki di dalam hati.

Pahlawan yang membawa perubahan dan peningkatan iman serta takwa setiap harinya.

Eeeaaa 😆😆

Sekian mode ustangahnya, selamat membaca!

> 2000 words

Awas kalo pelit vote dan komen

😛😜

.
.
.

"Segala sesuatu memiliki kekurangan hanya karena ketika dia dibandingkan. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Kamu sempurna karena itu kamu, dan itu cukup buat aku."

Yang ada hanya keheningan setelah kalimat itu terucap. Dirlan menahan napas. Kay mengerjapkan mata dengan pikiran sibuk menerjemahkan.

"Dirlan?"

"A- apa?"

"Gak nyangka banget ternyata mulut lo bisa manis juga! Astaga, Dir, gue melting! Meleleh, Dirlan! Meleleh!" Kay mengatakannya dengan kedua tangan bertumpu dagu, juga mata yang berbinar seperti anak kucing.

Sia-sia ternyata Dirlan gugup. Padahal ia hampir mati berdiri takut Kay tak nyaman dan semacamnya.

Lihatlah gadis di samping Dirlan ini, kalimat yang susah payah diucapkan hanya dianggap sebagai candaan.

"Tapi begini juga bagus." Dirlan kembali menjalankan mobil, lalu berhenti di dekat pangkalan pedagang nasi goreng. "Turun."

"Ya ampun, emang boleh setega ini? Lo nurunin gue di pinggir jalan, Dirlan?!" Kay heboh.

Dirlan mendengus kecil, gatal sekali tangannya ingin menyentil kening Kay. "Turun, makan." Tanpa mau mengulang ketiga kalinya, Dirlan turun lebih dulu.

"Nasi goreng spesial, Bang. Porsi jumbo." pesannya pada abang penjual.

"Satu aja?"

"Iya."

Kay yang baru turun terheran-heran. "Dirlan, katanya nasi goreng gak sehat?"

"Lo kan emang suka makanan yang gak sehat."

"Wait!" Telunjuk Kay sampai maju saat mengatakan itu. "Lo pesenin buat gue, Dir?"

"Hm."

"Sumpah demi apa?!" Kay kegirangan, ia melompat dan bertepuk tangan saking senangnya. "Lo tau aja kalo gue masih laper."

Dirlan selalu suka membuat Kay kesal. Tapi ia juga suka reaksi bahagia Kay. Lelaki itu menyembunyikan kekehannya. Duduk di salah satu kursi, lalu menarikkan kursi lain untuk Kay duduki.

"Makanya jangan sok jaim."

"Gue bukannya jaim, Dir. Emang lagi gak nafsu makan aja tadi," sahut Kay setelah duduk di samping Dirlan.

"Sama. Gue juga tiba-tiba gak nafsu makan kalo liat cewek kegatelan ke cowok bego."

Kay awalnya manggut-manggut setuju. Tapi sesaat kemudian ... "lo nyindir gue?"

Hai, LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang