Bab 29

2.4K 113 6
                                    

Saat ini Ayra dan Alex sudah berada di kantor D.G Group milik Alex.

Pagi ini, masih berjalan seperti biasa. Mengikuti jadwal Alex, mengatur rapat, dan menikmati makan siang.

Ayra sudah menuju kantin kantor Alex dan menikmati makan siangnya. Selain Nana dan Lucy. Ayra juga memiliki sahabat lain. Dia bermana Tanisa Nadia Ayu. Dia juga bekerja di G.D group miliki Alex, hanya Tanisha ditempatkan dibagian perancangan pemasaran kantor Alex.

Saat ini hanya Ayra dan Tanisa yang menuju kantin. Nana dan Lucy belum bisa meninggalkan tugas, sebelum pergantian shift jaga.

Untuk kejadian dclub. Tanisa tidak ikut ketiga sahabatnya, karena saat itu dia ditugaskan oleh ketua pemasarannya untuk turun ditempat cabang perusahaan Alex yang lain.

"Ay, mau makan apa?" Tanisa bertanya sambil melihat-lihat menu yang terpampang dilayar pemesanan yang terdapat dikantin.

Secanggih itu perusahaan Alex baik dalam teknologi. Hal ini pula digunakan untuk memanjakan pegawai-pegawainya.

"Seperti biasa aja Nis" Ayra mempercayakan pesanannya pada Tanisa.

"Oke"

Setelah memesan, mereka segera menuju bangku kosong yang ada dikantin.

"Ay,, kalian ke club kan kemarin malam"

"Hmm.." Ayra menjawab malas, sambil membalas chat kakaknya Arkan yang menyakan kabarnya dan bagaimana pekerjaan dikantornya saat ini.

"Ck.. bisa-bisanya kalian nggak ngajak aku. Akukan mau tau, gimana rasanya masuk club. Kalian mah..." Tanisa merajuk pada Ayra. Gara-gara urusan tidak diajak.

"Kamu kan lagi ada tugas bambang..."

"Kamu mau dipecat. Hmm..?"
Ayra menjawab sinis ke arah Tanisa. Mengingat kejadian kemarin, dia tidak mau ke club jika hanya berdua dengan dua curut sahabatnya itu.

"Lain kali lah,, tapi dua curut itu harus di awasi. Bisa-bisa ada yang jebol. Rugilah suami masa depan mereka".

"Hmmm.. okelah. Kali ini, kalian kumaafkan"

"Iya... Iya..."

Ayra takut ketempat itu, tapi malah mengajak Tanisa untuk berkunjung lagi lain waktu. Benar-benar menyesatkan.

Pesanan mereka datang. Menghentikan perdebatan mereka, dua gadis itu segera menghabiskan makan siang mereka.

Untuk Alex, Ayra sudah menyiapkan sesuai pesanan Alex diruangannya. Jadi dia bisa sedikit bersantai dikantin kantor.

Setelah selesai dengan kegiatan makan siang. Mereka berpisah, Ayra menuju lantai atas. Tania menuju lantai 7.

Baru saja Ayra duduk dikursinya. Bunyi telpon dimeja Ayra berbunyi.

"Iya.. Halo pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"...."

"Iya pak"

Ayra langsung menutup telponnya dan langsung menuju pantry untuk membuatkan minuman, sesuai perintah Alex.

Ayra selesai membuat minuman dan langsung menuju ruangan Alex.

"Tok tok.." setelah menunggu beberapa detik Alex langsung menyahut.

"Masuk"

Ayra melangkah dengan hati-hati mengingat ada tiga cangkir yang sedang di bawanya.

Segera dia menata diatas meja tepat didepan Alex dan dua tamunya.

"Silahkan diminum pak" Ayra melayani dengan penuh senyuman ke arah Alex dan dua tamunya.

Perlahan senyum Ayra langsung luntur melihat wajah salah satu tamu Alex.

----
Sejak awal Ayra masuk diruangan Alex, ada sepasang mata yang memperhatikan Ayra dari kepala sampai kaki.

Awalnya dia tidak terlalu perduli, tapi diperhatikan dengan seksama. Dia seperti mengenali wanita ini.

Ayra sudah mempersilahkan minum untuk mereka sambil memperlihatkan senyumnya menawannya.

"Silahkan diminum pak"

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Pria 1

Alex hanya memperhatikan tamunya yang langsung bertanya kepada Ayra.

"Maaf pak. Kurasa tidak" Ayra menjawab sambil memberikan senyum bisnisnya.

"Hmm.. sekretaris Alex saja mau diembat. Sifat playboynya memang benar-benar sudah akut" batin Pria 2

"Hmm... Kurasa kita memang pernah bertemu. Tapi dimana ya?"

"Apakah kemapuanku mengingat wanita cantik mulai berkurang ya?"

Pria 1 tetap berusaha mengingat mengingat wanita didepannya ini.

"Kalau tidak ada yang dibutuhkan lagi. Saya permisi pak" Ayra menunduk sedikit dan  segera pamit keluar dari ruangan Alex. Tapi sepersekian detik matanya sempat bertatapan dengan mata Pria 2.

Buru-buru Ayra melangkah keluar dari ruangan itu dan menuju ruangannya.

Pintu ruangan dibuka tergesa-gesa dan ditutup dengan kencang.

Ayra bernapas ngos-ngosan. Mengingat tamu dari atasannya.

"Huh..huh...huh... Kesialan apa ini? Mengapa laki-laki mesum itu ada di sini."

"Pecinta tante tante juga."

"Hiiii.... Untung mereka nggak ingat muka aku. Kalau tidak.. mati aku"😵

Kondisi ruangan Ayra berbeda dengan ruangan Alex.

"Sifat playboymu itu benar-benar tidak tertolong cak. Ck..ck..ck" Artha

"Kayaknya gue emang benar-benar pernah ketemu sama sekretaris lu Lex, tapi gue ngak ingat tepatnya dimana" Cakra

"Dan lu dodol... Nama gue cakra, bukan cak. Emang gue cicak" Cakra memandang tajam pada Artha mengingat namanya seenak jidatnya diubah oleh sahabatnya itu, sambil mengambil cangkir minuman dan mulai menyesap kopi buatan Ayra.

"Ck.. aduuh. Ini lagi, bibir gue jontor ngak tertolong. Gimana dong dengan nasib pacar-pacar gue yang tidak bisa gue sayang-sayang". Cakra mendramatisir luka dibibirnya. Bekas pukulan Ayra.

"Itu karma buat lu, karena terlalu banyak wanita yang jadi korban kata-kata manis buaya lu cak" Artha bahagia melihat penderitaan cakra saat ini. Kapan lagi playboy cap kadal sepertinya dapat karma instan.

Alex hanya memperhatikan sambil tersenyum simpul sambil menyeruput minuman buatan Ayra yang selalu pas dilidahnya.

Mengingat pukulan Ayra malam itu, memang tidak tanggung-tanggung. Melihat temannya sendiri dilecehkan oleh laki-laki hidung belang. Padahal kenyataannya Lucylah yang nyosor duluan.🤪

Yaa.. laki-laki yang berciuman dengan Lucy adalah Cakra, dan laki-laki yang dilihat oleh Ayra dilorong menuju toilet adalah Artha.

¶¶¶

Mencintai sang TOKOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang