Bab 34

4.1K 184 55
                                    

"Ay....?"

--------

Ayra menengok ke asal suara. Tersenyum lebar, Ayra berlari dan memeluk Arkan yang berdiri di samping mobilnya.

"Kak Arkan..."

"Kenapa bisa ada di sini?"

Arkan membalas pelukan Ayra tak kalah eratnya, sambil tersenyum.

Dia sangat merindukan adik kecilnya. Meskipun mereka bukan saudara kandung. Karena Arkan adalah anak dari saudara papa Ayra yang telah lama meninggal.

Melihat saudara dan kakak iparnya yang meninggal. Rezaldi, papa Ayra mengangkat Arkan jadi anak sulungnya, dimana saat itu Ayra belum lahir.

"Yaa.. jemput kamu lah deek.."

Melepas pelukan, melihat adiknya yang mulai belajar mandiri.

"Pftt..."
Arkan menahan tawanya.

"Kakak kenapa sih...?
Kok ketawa"

"Ay.. kenapa model kamu kayak gini"
"Kayak gembel tau nggak.." (Arkan)

"Iii.... Kakak,, bisa-bisanya ya"
"Cantik paripurna gini. Dibilang gembel"

"Ay... Kamu nggak cocok pakai ginian." Sambil menarik kacamata Ayra. Tapi segera ditahan Ayra. Takut penampilannya terbongkar.

"Kaak.. jangan ditarik kacamatanya" Ayra jengkel melihat sikap Arkan saat ini.

Sambil cemberut Ayra membenarkan posisi kacamatanya.

"Iya.. iya.. jangan ngambek"
"Nanti cantiknya ilang"(Arkan)

"Ish.. jangan pegang-pegang"
"Saya sudah mandi" Ayra menjauhi Arkan, sedikit melakonkan peran lucu yang beredar di sosmed.

"Hahahaha..."
"Iya..iya.."
"Ayuk pulang. Kakak lapar nih,, belum makan dari pagi" (Arkan)

"Kenapa nggak sarapan, asam lambungnya kambuh loh. Mau aku lapor mama"

"Nggak sempat ay.."
"Udah udah.. ayok masuk. Kita pulang sekarang" (Arkan)

"Iya bawell.."

Setelah Ayra duduk nyaman dijok penumpang. Arkan segera memutari mobil menuju kursi mengemudi.

Tanpa disadari ada dua orang yang mengamati interaksi kedua kakak beradik itu.

Pertama adalah Tanisha. "Ay... Kamu ngutang penjelasan ke aku" Batin Tanisha.

Orang kedua adalah Alex.
Alex mengamati interaksi dua muda mudi itu dari jauh. Dia tidak mendengar apa yang dibicarakan oleh Ayra dan laki-laki yang sempat di peluknya.

Melihat interaksi keduanya yang dekat, seperti sepasang kekasih.

Alex merasa tidak suka dengan apa yang dilihatnya siang ini.

Memasuki mobilnya segera, setelah melihat Ayra sudah tidak ada didepan perusahaannya.

Semangat Alex yang semula menggebu-gebu ingin menemui Nadhira, seketika lenyap.

Tapi untuk menepati janjinya, dia segera menjemput Nadhira dirumah orang tuanya.

----
Melihat mobil Alex yang memasuki pekarangan rumahnya. Nadhira langsung tersenyum dan segera menghampiri Alex.

Mereka menuju cafe tempat janji makan siang mereka hari ini.

"Aku nggak ngerepotin kamu kan Lex"

"...."

"Lex...?"

"Hmmm.. iya. Kenapa?"

"Kamu lagi ada masalah ya?"(Nadhira)

"Nggak,, kok"

"Kamu kayak lagi banyak pikiran gitu. Kayak raga kamu ada disini. Tapi pikiran kamu ditempat lain" (Nadhira)

"Nggak... Aku nggak kenapa-napa"

"Syukurlah..."(Nadhira)

Alex hanya menjawab untuk membuat Nadhira merasa nyaman. Tapi pikirannya dan perasaannya saat ini tidak sejalan.

----
Makan siang berjalan lancar, Alex juga sudah mengantarkan kembali Nadhira kerumahnya. Saat ini dia menuju rumah utama untuk menemui ibunya.

Memasuki rumah, Alex sudah disambut oleh ibunya.

"Hmmmm... Anak ibu, baru ingat pulang. Sudah 30 tahun lamanya. Baru ingat pulang kerumah"

Alex hanya memutar matanya melihat drama ibunya yang mulai kumat.

"Ibu sehat..?" Alex bertanya sambil memeluk dan mencium kening ibunya.

"Ibu sudah tua renta naakk..."
"Kayaknya umur ibu sudah tidak lama lagi. Mengingat anak ibu yang belum menikah dan memberikan ibu cucu. Ibu rasa, setiap hari umur ibu berkurang setahun"

"Hush.. ibu.. jangan ngomong kayak gitu."

"Habis.. kamunya nggak ngajak calon mantu ibu datang kesini"
"Sudahlah nak,, lepasin Nadhira. Dia sudah menikah. Dia bukan jodoh kamu".

Alex hanya diam mendengar kata-kata mutiara ibunya.

"Iya... Alex sedang berusaha"

"Syukurlah.. semoga kamu segera mendapatkan yang lebih baik nak."

Setelah berbincang-bincang sedikit dengan ibunya, Alex juga mencicipi kue bikinan ibunya dan meminum kopi yang sudah sisuguhkan oleh kepala pelayan rumahnya yang selama ini membantu ibunya merawat Alex sejak kecil.

Sedikit mengernyit dengan rasa kopi bikinan bibi Rum.

"Bibi, pakai kopi jenis apa? Kok rasanya beda?"

"Ini kopi kesukaan aden. Setiap kesini, bibi bikinya pakai merek kesukaan aden" (Bibi Rum)

"Kok rasanya beda, nggak kayak bikinan A.." Hampir saja Alex keceplosan. Dia langsung segera mengalihkan dengan memakan kue yang ada ditangannya.

"Bikinan siapa Lex?" Sambil memicing curiga ibunya langsung bertanya.

Ibunya merasa ada yang janggal. Selama ini, Alex tidak pernah mempermasalahkan kopi buatan bi Rum. Malah kopi itu merupakan kopi favorit Alex.

"Bikinan Asep ma.. OB di kantor"

"Ooo... Mama kira, bikinan calon mantu"
"Ya udah... Kamu istrahat sana, jangan lupa makan malam."

"Iya.. iya... Ibunda Ratu" Setelah mencium kening sang ibu. Alex naik kelantai dua. Menuju kamarnya dirumah utama.

¶¶¶

Maaf min, novel ini mau hiatus aja dulu. Lagi ngumpulin niat dan alur cerita yang bagus.😌🧠🧠🧠

Mencintai sang TOKOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang