Bab 32

2.2K 102 0
                                    

Saat ini pukul 21.15 WIB
Pertemuan telah selesai. Makan malampun telah tuntas.

Ayra berusaha menahan kantuknya selama pembahasan penting mengenai perusahaan antara Alex dan koleganya.

Diselingi dengan makan malam yang tidak formal. Membuat pertemuan mereka lancar.

Alex peka jika asistennya juga merasa lelah. Karena harus bekerja lembur diluar jam kantor.

"Terima kasih pak Alex. Kami merasa senang jika kerja sama ini dapat menguntungkan masing-masing perusahaan kita"

"Sama-sama pak Johan dan pak Setyo. Saya merasa tersanjung dapat bekerja sama dengan anda berdua."

"Terimakasih juga kepada pak Leon dan Nona Ayra yang sudah menyambut kami dengan baik"

"Sama-sama pak" Ayra dan Leon menjawab serentak. Disertai senyum tulus keduanya. Karena kedua orang ini tidak menunjukkan karakter pengusaha licik didepan mereka sejak pembahasan dimulai.

Setelah acara perpisahan itu. Mereka bersiap untuk kembali pulang kerumah masing-masing.

"Kau, ikut pulang denganku" Alex berbicara sambil berlalu keluar dari ruang VIP restoran hotel.

Ayra dan Leon saling melirik. Mereka tidak tau siapa yang dipanggil Alex untuk pulang bersama.

Karena mereka berdua memang datang tidak membawa kendaraan pribadi.

Mobil Leon saat ini masuk bengkel. Ayra tidak memungkinkan untuk bawa kendaraan sendiri.

Keduanya hanya mengikuti langka Alex yang sudah menuju pintu keluar.

Saat menuju lobi, mereka berpapasan dengan Artha yang sedang berbicara dengan manajer hotelnya.

"Pertemuannya lancar?" Artha bertanya sambil melihat tiga orang yang menuju ke arahnya.

"Hmm"

"Terimakasih pelayanannya. Kami pamit" Alex menjawab dengan tersenyum tipis.

Leon hanya memandangi kedua orang didepannya.

Ayra hanya menguap dibelakang Alex, sambil menggosok mata dibalik kacamatanya.

Pergerakan Ayra tidak lepas dari pandangan Artha.

"Wanita ini...menggemaskan sekali" batin Artha. Artha tersenyum, dia ingin melarang Ayra menggosok matanya.

Tapi apa kata kedua sahabatnya ini. Sedangkan dia baru 2 kali bertemu Ayra.

Alex menyadari kemana arah pandangan Artha saat ini.

Terlihat sedikit kerutan didahinya.

"Baiklah kami ijin pamit ya sob" Leon mencoba memecah suasana canggung lagi saat ini.

Sudah dua kali dia mengalami suasana yang kurang nyaman menurutnya.

Pertama saat datang di hotel, kedua suasana yang terjadi saat ini.

Tapi saat ini, suasananya lebih mencekam. Leon ingin cepat-cepat pulang dan tidur nyenyak.

Ayra.. jangan ditanya. Dipikirannya hanya ingin cepat pulang, rebahan dan menikmati kasur empuknya dibawah sejuknya AC kamar.

"Mm... Baiklah. Kalian perlu kuantar?" Artha menawarkan diri, tapi tujuan sebenarnya adalah Ayra dan Alex menyadari itu.

Artha dan Alex tidak hanya 1 atau 2 tahun saling mengenal. Tapi lebih dari itu. Dan mereka sudah tahu karakter masing-masing.

Cuman Alex susah untuk ditebak. Tapi semua sahabatnya dapat mengetahui jika suasana hati Alex berubah-ubah.

Ayra tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, mengingat dirinya menggunakan taxi menuju hotel ini. Dan saat ini sudah larut, dia juga nyaman dengan sahabat-sahabat Alex.

"Bo..." Baru saja ingin menyahut.

"Kau ikut pulang bersamaku" Alex langsung menyahut.

"Kami pamit." Alex langsung melangkah pergi setelah melihat Ayra sejenak, untuk memastikan Ayra mengikuti langkahnya.

Ayra hanya mengikuti langkah lebar Alex.

Leon dan Artha hanya terbengong melihat kelakukan sahabatnya malam ini. Mereka tidak menyangka Alex bisa bersikap seperti itu pada wanita lain selain Nadhira.

'Baiklah sob,, waktu yang tepat. Gue ngak bawa kendaraan. Kendaraan gue lagi di bengkel."

---
Saat ini Ayra dan Alex sudah berada didalam mobil. Ayra sudah memberikan alamat tempat tinggalnya pada Alex.

Selama perjalanan tidak ada percakapan dintara dua orang itu, karena Ayra sudah tertidur pulas. Mengingat jadwalnya yang padat membuat dirinya kelelahan.

"Turun" Alex hanya memerintah tanpa melihat Ayra yang sudah tertidur pulas disebelahnya.

"Ay..?"

Ayra tidak bergeming. Dia benar-benar kelelahan sehingga tidak sadar kalau saat ini dia masih bersama Alex didalam mobil.

Alex tidak mungkin menurunkan Ayra begitu saja di pinggir jalan.
Mau dibawah ke rumah utama, juga tidak mungkin karena waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Dia tidak ingin mengganggu istrahat ibunya dan orang-orang yang bekerja dirumah utama.

Akhirnya Alex membawa Ayra ke apartemennya.

---
Alex membaringkan Ayra dengan hati-hati takut membangunkan Ayra dan dikira ingin berbuat macam-macam.

"Eugh..." Ayra menggeliat sejenak setelah bersentuhan dengan kasur dikamar tamu Alex. Sebelum beranjak, Alex membuka sepatu dan kaca mata Ayra.

Sejenak dia memperhatikan pahatan wajah Ayra. Setelah itu dia meninggalkan Ayra sendirian dikamar tamu apartemennya.

¶¶¶

Mencintai sang TOKOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang