HAPPY READING
Makan malam dikediaman Jung kali ini sedikit berbeda. Tidak ada pasangan suami-istri Jung dan anak pertama mereka di sana. Jung Jaehyun membawa serta istri dan anak pertamanya ke Kanada. Ruka mau tak mau harus ikut karena ini termasuk dalam latihannya dalam memasuki dunia bisnis.
Kini, tersisa 6 orang anak Jung yang sedang melangsungkan makan malam. Mereka cukup tenang, sampai pada Ahyeon yang memulai pembicaraan dengan membahas tentang kejadian pagi tadi.
"Sebentar lagi, New Zealand School akan menyambut kepala sekolah baru. Kupikir, sebelum aku dan Rami memasuki bulan ujian." Ucapan Ahyeon menarik perhatian Pharita. Anak kedua Jung itu meneguk air sebelum berbicara.
"Papa mengusir keluarga Hong dari Seoul, apa itu benar?" tanya Pharita yang mendapat anggukan dari Rami.
"Kakak benar. Aku sedikit menyesal karena malam itu tidak meminta papa untuk mengusirnya dari Korea." Rami menghembuskan napas panjang mengingat jika rencana untuk mengusir keluarga Hong dari Seoul adalah idenya.
"Itu sudah cukup. Lagipula, aku tidak yakin mereka akan baik-baik saja hidup tanpa koneksi Jung." timpal Asa. Gadis berwajah datar itu melipat kedua tangannya didepan dada setelah menyelesaikan makanannya.
Semuanya menyetujui ucapan Asa. Mau bagaimanapun, asal muasal kedudukan Hong Joshua menjadi seorang kepala sekolah karena bentuk hormat dari keluarga Jung. Bahkan sebelum menjadi kepala sekolah, Hong Joshua pernah bekerja menjadi karyawan disalah satu anak perusahaan milik Jung Jaehyun di luar kota.
Yang berarti, tanpa Jung, Hong Joshua dan keluarganya tidak akan pernah menikmati hidup dikalangan orang elite. Jangan tanya berapa gaji bersih karyawan di bawah pimpinan Jung Jaehyun, itu cukup untuk biaya makan setengah tahun lebih. Belum lagi tunjangan-tunjangan dan gaji lembur serta bonus akhir tahun.
"Ngomong-ngomong soal ujian, kalian berdua sudah memikirkan akan melanjutkan study di mana? Jangan menunda-nunda, waktu berjalan begitu cepat akhir-akhir ini." Pharita mengingatkan kedua adik kembarnya yang terlihat saling menatap itu.
"Papa merekomendasikan Universitas Toronto untukku, tapi aku belum menyetujuinya." ucap Ahyeon. Beberapa waktu lalu, Jaehyun memang sempat membahas tentang hal tersebut. Tapi Ahyeon masih belum mengiyakan karena belum terlalu memikirkannya.
Pharita mengangguk, lalu tatapannya beralih pada Rami.
"Bagaimana dengan kamu?"Rami menggeleng, "aku masih bingung."
"Masuk ke Universitas yang kalian rasa dapat mengimbangi pembelajarannya. Mau bagaimanapun, kapasitas otak lebih penting daripada hanya dengan keinginan saja. Percuma masuk ke Universitas terbaik tapi otak tak mampu mengimbangi." ucap Pharita panjang lebar. Ahyeon yang mendengar itu mengangguk.
Namun penjelasan itu terdengar berbeda di telinga Rami. Diam-diam dia meremas sendok ditangannya. Ucapan Pharita bukankah terdengar seperti menyindirnya? Sang kakak bahkan terlihat tak bersalah, seolah-olah perkataannya itu tidak menyakitinya.
"Aku selesai. Aku pergi ke kamar dulu, ada pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan."
Dengan perasaan sakit yang dia pendam, Rami pamit untuk kembali ke kamar lebih dulu. Menghiraukan tatapan penuh tanya dari Rora yang menyadari perubahan pada mimik wajahnya.
"Dain, aku ingin ayam lagi." Rora mengangguk dengan sedikit gagap menanggapi ucapan Canny.
"Ah, i-iya sebentar."
Semoga adiknya tak menyadari jika dia sedang memperhatikan Rami.
__________
KAMU SEDANG MEMBACA
Différent [✓]
Fiksi Penggemar❝Life is based on differences between two people with different bodies❞ © matchavesper, 2023.