Différent ; 44. Welcome Back, Rora

1K 164 17
                                    

HAPPY READING

Rami menghela napas berkali-kali saat tumpukan buku di depannya membuatnya harus mengusap wajahnya kasar. Ini benar-benar memuakkan, sungguh.

"Berapa lama lagi aku harus menyelesaikan ini? Aku berani menjamin jika Ahyeon juga pasti sedang kesulitan sekarang." gerutu Rami pelan.

Belajar di perpustakaan yang sepi, nyatanya tak membuat konsentrasi Rami sepenuhnya fokus pada tumpukan buku di atas meja. Gadis cantik dengan tinggi badan yang over itu berkali-kali mengerang dan meracau, mengatakan bahwa dia mungkin tidak sanggup untuk mempelajari semua ini.

"Ck! Ahyeon belum juga ke sini, kemana orang itu?!"

Tuk

"Aduh!"

"Aku di sini, bodoh."

Rami berdecak sembari mengelus kepalanya yang baru saja mendapat pukulan dari buku yang Ahyeon gulung. Tidak keras, tapi cukup membuat kepalanya semakin sakit karena bahkan sebelumnya telah dia pakai untuk berpikir keras.

Ahyeon mendudukkan dirinya di seberang kembarannya. Melepas headphone yang setia membungkus kedua telinganya, lalu mulai mengalungkannya ke leher. Tangannya lantas sibuk mengambil sesuatu dari dalam tas lalu menyerahkannya kepada kembarannya.

"Ini catatan pagi tadi. Sekarang, beri aku catatan kelas mu hari kemarin."

"Hm."

Keduanya bertukar buku catatan, lalu memulai sesi belajar mereka siang itu di perpustakaan. Dewan guru sedang mengadakan rapat untuk mengatur keamanan ujian yang akan dilaksanakan kurang lebih 2 minggu lagi. Kesempatan itu digunakan oleh Ahyeon dan Rami untuk belajar di perpustakaan, sekaligus kesempatan Rami untuk bertanya banyak hal pada Ahyeon.

Dalam kesempatan seperti ini, Rami tak pernah menyia-nyiakan waktunya dengan Ahyeon. Gadis itu banyak menanyakan sesuatu yang tidak dia ketahui, meskipun cukup lama untuk bisa mengerti, tapi dia cukup paham dengan penjelasan dari kembarannya.

Satu jam telah mereka habiskan untuk belajar, dan sepertinya Rami telah sampai pada batasnya. Dia mengerang cukup lama sebelum menidurkan kepalanya di atas meja.

Ahyeon yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil. Mereka baru menghabiskan waktu satu jam, tapi kembarannya sudah tak berdaya. Ahyeon jadi berpikir, bagaimana respon Rami saat tahu jika Rora menghabiskan hampir setengah dari jam tidurnya hanya untuk belajar.

Helaan napas keluar dari mulut Ahyeon. Mengingat Rora, Ahyeon jadi merindukan adiknya yang satu itu.

"Rami, tidakkah kamu merindukan Rora?"

Pertanyaan itu membuat Rami kembali menegakkan tubuhnya. Ia mengangguk antusias, namun tak lama wajahnya kembali lesu.

"Sudah satu bulan ternyata. Haish, bagaimana kira-kira kabarnya, ya?" tanya Rami.

"Ingin menghubungi kakak besar?" tanya Ahyeon. "Kita bisa melakukan panggilan video dan melihat keadaan Rora secara langsung."

"Tentu!"

Lalu, Ahyeon merogoh ponselnya dan mencari nomor sang kakak. Cukup lama mereka menunggu jawaban dari seberang, tapi justru hanya hening yang menyapa. Tidak ada yang menjawab panggilan video dari Ahyeon.

Rami menatap pada kembarannya dengan kerutan di dahinya, "kenapa?"

Ahyeon menggeleng, "tidak ada yang menjawab."

"Coba kamu hubungi kak Asa, siapa tahu mereka sedang tidak bersama." usul Rami yang mendapat anggukan dari Ahyeon.

Tapi sekali lagi, tidak ada jawaban dari Asa. Ahyeon dan Rami saling memandang, keduanya bingung.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang