Différent ; 30. Time Passing Plan

1.2K 178 13
                                    

HAPPY READING

Bukan disengaja, ini hanya kebetulan semata. Rora dan Asa berada pada satu bangku yang sama di dalam pesawat. Awalnya, Rora sempat memarahi sang kakak karena mengira jika Asa sengaja duduk di sampingnya.

"Kak Asa, kakak tidak boleh meminta penumpang yang duduk di sebelah ku untuk pindah. Sudah ada peraturannya, tidak boleh melanggar."

Asa yang mendengar itu mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.

"Apa maksud mu?"

"Ck, kakak tidak boleh berpura-pura. Kakak pasti sengaja meminta seatmate ku untuk bertukar tempat duduk denganmu, kan?" Rora masih mencoba meminta kejujuran dari Asa. Gadis itu bahkan menatap sang kakak dengan raut marah yang mana membuat Asa mencubit hidung Rora.

"Aku memang duduk di sini, anak nakal. Menurutmu, apa untungnya bagiku meminta seatmate mu untuk bertukar tempat duduk?" Asa merotasikan matanya malas, lalu mencoba menyamankan diri sembari memasang headphone.

"Ya maaf. Aku, kan, tidak tahu." balas Rora sembari mengelus hidungnya yang sedikit memerah.

Setelah itu, keduanya saling diam. Asa memejamkan matanya untuk menikmati musik yang ia putar menggunakan headphone. Sedangkan Rora, gadis itu sibuk membaca buku yang kemarin dirinya beli dengan sang ayah.

Suasana dalam pesawat tak terlalu senyap sebenarnya. Di deretan tempat duduk Rora dan Asa, adalah tempat duduk teman-teman juga wali sekolahnya. Banyak diantara mereka yang mengobrol, meskipun tak terlalu berisik.

Pesawat yang mereka tumpangi lepas landas dengan sempurna. Untuk beberapa saat, kedua kakak-beradik Jung itu saling diam dengan kegiatan masing-masing. Hingga suara di sekitar mereka yang mulai sunyi, Rora lantas menutup bukunya.

"Kak Asa," panggil Rora sembari menepuk pelan pundak sang kakak.

Asa menoleh, "ada apa?"

"Lepas dulu headphone milikmu," Rora melepaskan headphone milik Asa, lalu kembali berucap, "kakak berhutang penjelasan padaku."

"Tentang apa?"

Asa yang mulai tertarik, lantas menegakkan tubuhnya. Mencari posisi ternyaman, lalu beralih sepenuhnya pada wajah Rora yang juga tengah menatapnya tajam-- menuntut penjelasan.

"Kenapa kakak ikut denganku? Jawab yang jujur. Aku tidak ingin mendengar kamu ikut denganku hanya karena ingin." Rora berucap dengan mata yang menyorot tajam pada Asa. Bukannya takut, Asa justru tertawa kecil melihatnya.

"Itu yang pertama. Alasan lainnya, karena aku pikir kamu mungkin saja akan berlarut-larut dalam kesedihan mengenai kelulusan kakak besar," Asa tersenyum lembut, "jadi, aku berencana ingin mengikuti mu secara diam-diam. Tapi, karena ada sedikit masalah kemarin, aku memutuskan untuk berterus-terang saja. Rasanya juga percuma jika aku hanya diam-diam mengikuti mu."

Rora tertegun mendengar penjelasan Asa. Otak kecilnya mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut sang kakak. Intinya, Asa tidak ingin dirinya sedih karena tidak bisa mengikuti acara kelulusan Ruka. Keikutsertaan Asa dalam penerbangan pagi ini, agar dirinya tidak merasa diasingkan dari keluarga. Singkatnya, Asa ingin menemani Rora absen dari acara Ruka.

Rora menunduk, "kakak tidak seharusnya melakukan hal itu. Aku tidak apa-apa."

Sekarang, Rora jadi merasa bersalah pada Asa. Kakaknya itu rela menemaninya agar dirinya tak merasa sendiri. Jangan tanya perasaan Rora, ada rasa senang tentu saja. Tapi rasa bersalah juga turut ikut serta.

"Aku yang tidak merasa baik-baik saja, Rora." Helaan napas terdengar dari samping Rora, "aku tidak bisa membiarkan mu pergi jauh dengan rasa sedih yang berlarut. Jikapun kamu merasakan hal itu, harus ada aku. Kamu harus berbagi rasa itu padaku."

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang