Différent ; 21. Feelings of So Much Sadness

1.3K 186 15
                                    

HAPPY READING

Jungwon dan Rora telah sampai di basemen rumah sakit. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai, karena beberapa kali harus terkena macet. Kini, keduanya berjalan beriringan menuju kamar inap Canny.

"Adik, kamu terlihat kedinginan. Wajahmu terlihat pucat." Jungwon berucap sedikit khawatir saat melihat wajah pucat Rora.

"Aku tidak apa-apa, kak Jungwon. Gerimis tadi sedikit membuat tubuhku dingin." ucap Rora.

Selama perjalanan menuju rumah sakit, langit ibukota memang sempat menumpahkan bebannya. Meskipun tak terlalu deras, rintik hujan yang dipadukan dengan kecepatan motor Jungwon mampu membuat pundak Rora basah.

Jungwon lantas membuka jaket miliknya, lalu membalut tubuh Rora dengan itu.

"Aku tahu ini tidak terlalu membantu, tapi setidaknya pakailah agar tubuhmu tidak terlalu kedinginan."

Rora yang mendengar itu tersenyum kikuk, "terimakasih."

Meskipun jaket denim milik Jungwon sedikit basah, tapi sisa rasa hangat dari tubuh laki-laki itu masih terasa. Setidaknya Rora bisa menahan rasa dinginnya dengan jaket itu untuk sementara waktu.

"Aku sempat bertanya-tanya, kemana perginya almamater milikmu? Seingat ku, Netherland sangat jarang memberikan izin bagi murid-muridnya untuk melepas almamater selain pada pelajaran olahraga." Rora yang mendengar itu mengangguk sebelum menjawab.

"Temanku sempat terkena tumpahan air, dan dia tidak membawa pakaian ganti. Jadi, aku memberikan almamater milikku untuk dia pakai daripada dia harus kedinginan." jawab Rora.

"Astaga, jadi seperti itu."

Keduanya kembali diam setelah pembicaraan itu berakhir. Lebih memilih fokus pada jalan di koridor yang setiap lorongnya terdapat banyak orang. Jungwon sesekali melihat layar ponselnya untuk memastikan nomor kamar yang Pharita berikan padanya.

"Ruang VIP nomor satu... kamu tahu tempatnya adik?" Jungwon menatap Rora penuh tanya setelah sebelumnya menatap pada layar ponsel.

"Ruang VIP di sini ada di lantai 4. Kita bisa menggunakan lift di sana." Rora menunjuk pada lift di ujung, lalu keduanya berjalan menuju benda kotak bergerak itu.

Jangan bertanya bagaimana Rora bisa tahu. Sebetulnya, rumah sakit ini sempat diakuisisi oleh keluarganya, sebelum mereka lepaskan demi untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.

Sebenarnya, poin utamanya bukan di sana. Jika rumah sakit itu berhasil terdaftar pada catatan penting milik tetua Jung, maka kemungkinan besar bangunan itu akan dirobohkan untuk diganti menjadi sebuah perusahaan.

Sedangkan rumah sakit terdekat di daerah sana terbatas, akan sangat menyedihkan jika orang-orang harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sekedar pergi ke rumah sakit. Apalagi, di daerah sana mayoritas penduduk Seoul yang kurang mampu. Jung Jaehyun tentu tak sejahat itu untuk mengabaikan kemanusiaan.

Ting!

Setelah sampai pada lantai 4, keduanya langsung disuguhkan dengan Asa dan Pharita yang sedang duduk di kursi tunggu. Tepat didepan pintu ruangan yang bertuliskan ruang VIP.

Asa yang lebih dulu menyadari kehadiran Rora, langsung saja berdiri dan menghampiri sang adik.

"Rora, kamu tidak apa-apa? Kenapa baru pulang sekarang?" Dari nada suara Asa, sangat jelas sekali jika gadis itu khawatir dan mencoba menahan emosinya.

"Kamu bilang akan pulang lebih awal, kenapa jadi selarut ini? Dan kenapa tidak langsung memberitahu aku?" Rora menenangkan Asa yang menyerangnya menggunakan pertanyaan bertubi-tubi.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang