Différent ; 28. A Day With Bunny and Her Papa

1.2K 197 27
                                    

HAPPY READING

Pagi hari di kediaman Jung. Suasana pagi ini tidak seperti biasanya, Rora dapat merasakan itu. Di mulai dari Asa dan Pharita yang berangkat lebih awal, kedua kakak kembarnya juga Canny yang hanya sarapan sebentar lalu berangkat ke sekolah tanpa menyapanya.

"Kakak besar, ada masalah?" tanya Rora pada Ruka.

Saat ini, hanya ada Rora dan Ruka di mansion. Semua penghuni rumah besar itu sudah pergi menjalani aktivitas mereka masing-masing.

Rora dan Ruka sedang melaksanakan sarapan yang bisa dibilang terlambat. Keduanya sama-sama baru bangun tidur, bahkan Rora belum sempat membasuh wajahnya.

"Tidak ada, kenapa bertanya seperti itu?" Ruka menyerahkan satu lembar roti yang baru diberi selai coklat diatasnya pada Rora, yang diterima baik oleh si empu.

"Terimakasih," ucap Rora setelah menerima roti dari Ruka.

"Tidak. Aku pikir orang-orang jauh lebih dingin dari biasanya. Sepertinya aku melewatkan sesuatu malam tadi." imbuhnya.

Ruka tertawa pelan. Tak ada niat untuk menjawabnya. Ia masih sibuk dengan roti ditangannya, tak menghiraukan tatapan penuh tanya dari Rora.

Rora sendiri tak terlalu peduli. Ia masih sibuk pada sarapannya. Perutnya terlampau lapar, karena semalam dirinya melewatkan makan malam.

Cukup lama mereka menghabiskan sarapan, Ruka yang lebih dulu selesai hanya menatap Rora yang terlihat sangat menikmati sarapan pagi ini. Kedua mata sipitnya menghilang saat lengkungan pada bibirnya ikut tercipta.

Pemandangan Rora yang sibuk mengunyah roti dengan rambut yang acak-acakan terlalu indah untuk dilewatkan. Ruka tak sedikitpun mengalihkan pandangannya meskipun si empu menatapnya aneh.

"Kakak, kakak kenapa? Jangan menatap ku seperti itu!" Rora mendelik tajam pada Ruka yang sekarang tertawa pelan. Kakaknya terlihat sangat menakutkan sekarang.

Ruka menggeleng pelan, "kamu sangat lucu. Bagaimana pipimu dapat menggembung seperti itu saat kamu sedang mengunyah?"

"Jangan bercanda!"

Rora merotasikan matanya malas saat Ruka justru tertawa. Ia yakin sedang terjadi sesuatu di rumah ini sampai-sampai membuat sang kakak menjadi aneh.

Hingga satu pemikiran terlintas di otak kecilnya. Rora tersenyum penuh arti pada Ruka, yang berhasil membuat si sulung menatapnya penasaran.

"Astaga, apakah kakak seperti ini karena kak Heeseung?"

Ruka mengerjap, "apa?"

Rora bertepuk tangan kecil sambil tertawa pelan, "kakak jangan pura-pura seperti itu. Kalian pasti sudah ada apa-apa ya?"

"Rora, apa maksudmu?"

"Ck, kakak ini bukan anak kecil lagi, kan? Baiklah, baiklah... cukup sampai di sini saja aku ikut campur. Setelah ini, kalian harus lebih dekat lagi, ya." Rora beranjak dari sana sembari tertawa. Meninggalkan Ruka yang masih memproses keadaan.

"Sampai jumpa, kakak besar. Aku akan mandi dulu, bye bye." Setelah itu, sosok Rora menghilang dari pandangan Ruka.

"Apa hubungannya dengan Lee Heeseung?" Ruka bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang hal yang baru saja terjadi. Pada akhirnya, hanya gelengan kepala seolah tak habis pikir dengan jalan pikiran sang adik.

Jika kalian berpikir bahwa Ruka dan Rora akan saling mendiamkan, itu salah besar. Kejadian di malam itu bukanlah hal besar bagi keduanya, meskipun ada banyak hal yang masih ingin Ruka bahas sebenarnya.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang