Différent ; 25. A Sprig of Chrysanthemum

1.2K 194 26
                                    

HAPPY READING

Lantai 5 mansion keluarga Jung. Sosok Asa duduk di depan piano. Jari-jari lentiknya menekan tuts pelan, mencari nada yang bagus dari setiap tuts secara acak. Sesekali dia akan beralih pada buku dan pulpen untuk menulis sesuatu di sana.

Waktu telah menunjukkan pukul 10 lebih 14 menit malam, tapi dirinya bahkan enggan untuk sekedar berganti baju atau mencuci muka. Setelah selesai kelas jam 7 malam tadi, tempat pertama yang ada dipikiran Asa hanyalah lantai 5. Tempat di rumahnya yang paling Asa sukai.

Cklek

Rora membuka pintu dan mendapati sang kakak yang sibuk di depan piano sambil memunggunginya. Rora tersenyum, ia lantas masuk dengan membawa nampan berisi 2 mug coklat panas dengan croissant original masing-masing satu disamping mug.

"Kak Asa masih di sini?" tanya Rora tanpa menatap sang kakak sembari meletakkan nampan di atas meja kosong di dekat tembok kaca.

Asa yang mendengar suara Rora sedikit tersentak. Ia tersenyum kecil, terlalu fokus pada pekerjaannya, Asa tidak terlalu peduli pada sekitar.

"Iya, tiba-tiba aku rindu dengan alat musik di sini." jawab Asa. Ia lantas berbalik untuk menatap Rora, adiknya sedang duduk di sofa sembari memegang sebuah gitar. Dari gerak-geriknya, Asa tahu jika Rora akan memetik senar gitar itu.

Asa mendekat pada Rora sembari meraih coklat panas yang telah adiknya bawa. Sedikit banyaknya dia lapar karena belum sempat makan malam. Karena keluarganya sibuk bolak-balik ke rumah sakit, semuanya harus sibuk pada tubuh mereka sendiri. Tidak ada makan malam seperti biasa, karena masing-masing dari mereka sudah pasti memprioritaskan diri.

"Coba nyanyikan satu lagu," Rora menatap Asa didepannya dengan sebelah alis yang naik.

"Untuk mu?"

"Bukan," Asa menggeleng, "untuk dirimu sendiri."

Rora mengerjap, hingga ia mengangguk setelah satu lagi terlintas di pikirannya saat ini. Lagu yang telah masuk playlist miliknya itu sering kali Rora putar hingga terkadang bosan sendiri. Tapi, hingga malam menjemput pun Rora masih selalu memutarnya. Melupakan fakta jika setelah dirinya bosan, ada niat yang hanya akan terus menjadi niat untuk menghapusnya.

"From my family line... from my family line..."

"Oh... all that i did to try to undo it, all of my pain and all your excuses, I was a kid but I wasn't clueless,"

Rora mulai memetik senar gitar dengan menyesuaikan lagu yang ia bawakan. Entahlah, hanya beberapa hari setelah mendengar lagu ini di radio di mobil Asa saat itu, Rora langsung mencari dan berakhir menyukainya.

"Someone who loves you wouldn't do this,"

Rora sesekali akan memejamkan matanya saat irama yang ia buat sesuai. Lalu kembali membuka mata, Rora akan mencari nada yang pas lalu kembali memejam. Terus seperti itu sampai ia lupa pada lirik selanjutnya.

"All of my past, I tried to erase it... but now I see, would I even change it?"

"Might share a face and share a last name, but... we are not the same,"

Rora telah menyelesaikan lagunya. Gadis itu tertawa pelan karena melupakan lirik setelahnya, terbukti dari bagaimana Rora hanya akan bersenandung kecil tanpa mengucapkan liriknya.

Asa tertegun, bukan karena suara Rora. Tapi karena lagu yang Rora bawakan. Suara Rora tentu bagus, sangat bagus malahan. Tapi, lagunya...

"Rora, kamu ada masalah?" Pertanyaan itu otomatis membuat Rora menggeleng. Ia lantas menatap wajah Asa dengan bingung.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang