Différent : 47. Back to School

1K 160 28
                                    

HAPPY READING

Rami memandang wajah tenang Rora yang sedang tertidur. Ia menghela napas lirih sebelum beranjak dari sana, menyusul sang kembaran yang sekarang tengah berbaring di atas sofa panjang.

Cklek

"Kalian masih di sini?"

Ahyeon dan Rami menoleh, mendapati eksistensi Pharita yang masuk ke ruangan Rora sembari membawa kotak makan. Ahyeon lantas mendudukkan dirinya, sedikit menggeser tubuhnya untuk mempersilakan sang kakak duduk.

"Papa bilang akan menjemput kami setelah menjemput Canny. Jadi kami sedang menunggu papa sekarang." kata Ahyeon.

"Oh, begitu."

Ahyeon sedikit melirik ke dalam kotak makan milik sang kakak, "kakak membelinya di mana?"

Pharita menoleh, "Jungwon yang mengantarnya tadi. Kamu mau?"

Ahyeon berdecak saat mendengar nama Jungwon di sebut. Meski begitu ia tetap mengangguk, perutnya sudah lapar karena belum makan sedari siang.

"Bukankah lebih baik kita ke kantin, Ahyeon? Aku juga lapar." timpal Rami.

Melihat isi kotak makan Pharita yang sepertinya hanya untuk porsi satu orang, membuat Rami menyimpulkan jika itu tidak cukup untuk mereka bertiga.

"Jika kalian mau, aku bisa membaginya." Pharita berucap serius.

Ahyeon menggeleng, "benar kata Rami. Kami akan ke kantin saja."

Mereka berdiri hendak beranjak dari sana.

"Nanti jika papa sudah sampai, kakak hubungi aku atau Rami, ya." kata Ahyeon sebelum menyeret kembarannya untuk keluar dari ruangan Rora.

"Baiklah."

Setelah kepergian kedua adik kembarnya, Pharita mulai menyantap makanan yang Jungwon berikan. Kekasihnya itu sedang ada rapat, dan berjanji akan kembali menyusulnya setelah selesai rapat.

"Eungh... kakak,"

Suara Rora mengalihkan atensinya. Pharita dengan segera beranjak menuju bangsal sang adik. Senyum bahagia tercetak di bibirnya, ia segera mendudukkan dirinya di kursi samping bangsal Rora.

"Syukurlah kamu sudah sadar," kata Pharita lembut, "ingin minum?"

Pertanyaan itu mendapat anggukan dari Rora. Dengan segera, Pharita meraih gelas di atas meja nakas lalu membantu sang adik untuk sedikit mengangkat kepalanya agar memudahkannya untuk minum.

Pharita mengembalikan gelas tadi kembali ke atas nakas saat sang empu selesai meminumnya sedikit. Ia kembali menatap sang adik yang kini hanya mengerjap atau sesekali menatap ke atas.

"Haish, aku sangat khawatir tadi."

Rora menoleh, netra-nya mengerjap seolah bertanya lebih rinci tentang penuturan Pharita.

"Kamu membuat kakak khawatir,"

"Maaf,"

Pharita menggeleng, "jangan minta maaf. Kakak hanya belum terbiasa saja."

Benar, Pharita hanya masih shock. Siapapun jika sedang berada di posisinya sudah pasti melakukan hal yang sama seperti yang Pharita lakukan. Menangis, meracau atau sebagainya.

Tapi, saat melihat Asa yang tenang saat menemani Rora, Pharita berpikir jika hal semacam ini sudah berkali-kali terjadi saat di Singapura. Atau paling tidak, mungkin hanya Pharita yang berlebihan.

"Bagaimana perasaan mu? Lebih baik atau masih ada yang sakit?" tanyanya.

Rora menggeleng, "sudah lebih baik. Maaf membuatmu khawatir, kak."

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang