Différent ; 20. A Difficult Choice

1.4K 198 14
                                    

HAPPY READING

Sarapan pagi di kediaman Jung di mulai pada pukul 7 pagi. Semua orang berkumpul di meja makan kecuali Canny dan Rora. Canny masih dalam kondisi yang sama, yaitu demam. Sedangkan Rora, gadis itu sudah berangkat sekolah setengah jam yang lalu dengan diantar oleh Jaehyun.

"Bukankah kalian lebih baik berangkat ke sekolah, twins?" Pertanyaan dari sang kepala keluarga mendapat gelengan dari kedua anak kembarnya.

"Kami ingin menemani Canny di rumah sakit, papa." ucap Ahyeon dengan Rami yang ikut mengangguk.

"Benar, kami juga ingin melihat hasil pemeriksaannya." sahut Rami yang kali ini juga mendapat anggukan dari Ahyeon.

Jaehyun hanya bisa tersenyum memaklumi saat kedua putri kembarnya begitu antusias mengenai Canny, anak bungsunya. Pagi tadi, Ahyeon dan Rami tiba-tiba datang kepadanya dan mengatakan akan absen dari sekolah karena ingin ikut mengantar Canny ke rumah sakit.

Jaehyun sudah melarang, tapi istrinya justru memberi izin. Alhasil, dia hanya bisa mengangguk karena takut jika Jisoo akan marah padanya.

"Baiklah, terserah kalian."

Alasan mengapa Jaehyun melarang kedua putri kembarnya itu, karena keduanya sudah berada di kelas akhir. Jaehyun hanya tidak ingin keduanya tertinggal pelajaran. Meskipun hal itu terkesan mustahil. Ia sangat ingat jika anak-anaknya adalah jenius.

"Asa, papa dengar jika Rora ikut olimpiade sains, kapan itu dilaksanakan?" tanya Jaehyun pada putri ketiganya. Dilihatnya Asa yang sedang mencoba menelan air yang sedang di minum sebelum menjawab pertanyaannya.

"Kurang lebih 1 bulan lagi. Yeah, tepatnya satu hari sebelum upacara kelulusan kakak besar, Rora sudah harus berangkat ke Singapura." Asa menghela napas berat setelah selesai berucap. Dirinya masih berharap agar keluarganya akan lengkap saat menghadiri acara wisuda sang kakak nanti.

"Wah, Rora kita sangat hebat. Bukankah membanggakan menjadi siswa tahun pertama yang mengikuti olimpiade sampai tingkat internasional?" Berbanding terbalik dengan nada suara lesu Asa, Jisoo justru berucap dengan penuh semangat dan antusias.

Jaehyun mengangguk setuju, "kamu benar, sayang. Yeah, meskipun dia tidak bisa mengikuti acara kelulusan Ruka. Tapi bukankah Ruka juga akan senang jika mendengar hal ini?"

"Kamu benar. Ruka pasti senang mendengarnya." jawab Jisoo. Pasangan suami-istri itu tentu bangga atas apa yang selama ini anak-anak mereka raih, bahkan hal sekecil apapun itu.

"Bukankah itu pilihan yang sulit untuk Rora, papa? Antara mengikuti kegiatan sekolah yang bersifat harus, atau menghadiri acara penting dari saudaranya. Aku tidak yakin pikiran Rora sedang baik-baik saja sekarang." Rami bersuara ditengah-tengah rasa senang kedua orangtuanya. Sedikit membagi kekhawatirannya mengenai sang adik dan isi kepalanya.

Ahyeon yang mendengar itu mengangguk setuju. "Aku setuju dengan Rami. Keduanya sangat penting bagi Rora. Aku tidak yakin jika dirinya tidak menginginkan untuk hadir di acara kakak besar. Tapi, untuk lulus dan menjadi kandidat olimpiade tingkat internasional tentu bukan sesuatu yang mudah. Bukankah akan sangat sia-sia jika Rora melepaskan sesuatu yang sudah sangat dirinya perjuangkan?"

Sebagai seseorang yang pernah mengikuti olimpiade sampai mancanegara, Ahyeon sangat tahu perihal susahnya belajar diantara orang-orang berotak robot. Apalagi pemilihan kandidat yang amat sangat susah dengan dicekoki berbagai macam pertanyaan tak masuk akal. Bahkan semua itu belum termasuk kesulitan dalam mengikuti olimpiade. Tentu bukan pilihan yang tepat jika Rora lebih memilih menghadiri acara wisuda sang kakak.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang