Différent ; 34. Those Who Need Each Other

1.4K 211 53
                                    

HAPPY READING

Ruka dan Yoshi masuk dengan cepat ke dalam mansion. Mereka berjalan menuju ke ruang makan di mana ada banyak orang sedang berkumpul. Raut wajah keduanya begitu cemas, sangat kentara di mata Jaehyun yang kini fokusnya teralihkan.

"Ruka, Yoshi, ada apa? Yoshi, siapa yang menelepon?" tanya Jaehyun. Tatapannya tertuju pada laki-laki dengan surai merah yang kini terlihat jelas tengah menahan gugup.

"P-papa, ada yang harus aku sampaikan."

Suara Ruka bergetar, ia menatap satu-persatu anggota keluarganya yang kini menatapnya sepenuhnya.

"Ada apa, kak? Bicara dengan jelas!"

Ahyeon yang sedari tadi memperhatikan, pada akhirnya tak bisa menahan pertanyaan yang sedari tadi tertahan. Hal itu pun tak luput dari Rami yang kini tengah menenangkannya.

"Ruka, ada apa sayang?" tanya Jisoo. Wanita itu menghampiri si sulung, bertanya dengan lembut sembari mengelus pundak Ruka.

"Mama," Ruka menelan salivanya kasar, "aku harus ke Singapura. Aku harus bertemu dengan Rora."

Jaehyun yang mendengar itu, sedikit mengernyitkan dahinya.

"Sekarang? Kenapa? Rora sedang olimpiade, kan?" Jaehyun tertawa pelan, "Ruka, papa tahu kamu merindukan Rora dan Asa. Lusa mereka sudah kembali, kamu jangan terlalu khawatir."

Jisoo mengangguk, "itu benar, sayang. Rora dan Asa akan kembali lusa. Kamu yang sabar, ya."

"Bukan seperti itu!"

Ruka menggeleng ribut. Ia terisak saat penjelasannya bahkan belum keluar. Ruka lantas menatap Yoshi disampingnya, meminta bantuan pada laki-laki itu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Kakak besar, kak Yoshi, sebenarnya ada apa? Kenapa kakak besar sampai menangis?" Kali ini Rami ikut bertanya. Melihat reaksi sang kakak yang justru menangis, membuat atensi seluruh manusia di ruang makan itu teralihkan.

Yoshi menarik napas dalam sebelum mulai menjelaskan.

"Uncle Jaehyun, aunty Jisoo, sebelumnya saya minta maaf. Tadi, Asa menelepon saya sambil menangis dan mengatakan jika kondisi Rora sedang tidak baik-baik saja. Dia meminta kami untuk segera terbang ke Singapura."

Jaehyun yang mendengar itu mematung, "R-rora? Ada apa dengannya?"

Canny yang mendengar itu pun tak kalah terkejut. Ia mengalihkan seluruh atensinya pada 3 orang yang tengah berdiri, mendengar lebih lanjut tentang keadaan sang kakak.

"Kami belum tahu pasti bagaimana keadaan Rora. Tapi, Asa bersikeras ingin kami agar segera ke sana. Saya tidak bisa menekannya karena dia terdengar sangat frustasi." jelas Yoshi.

Ruang makan itu seketika hening. Penjelasan Yoshi dan suara tangis Ruka, bak petir di siang bolong di tengah hangatnya keluarga Jung. Mereka masih mencoba mencerna keadaan, menetralkan deru napas agar dapat berpikir jernih.

"D-dain kenapa?" Canny terisak, tatapan penuh tanya itu ia tujukan pada Yoshi yang juga tengah menatapnya sendu.

"Kak Yoshi, ada apa dengan Dain?"

Yoshi yang melihat itu segera menghampiri si bungsu Jung. Ia dengan lembut membawa Canny pada pelukan hangatnya, membiarkan gadis berponi itu menangis keras dalam pelukannya.

Jaehyun merogoh ponsel, berniat untuk menghubungi anak ketiganya. Tak butuh waktu lama, suara di seberang membuat detak jantung Jaehyun semakin bertambah ritmenya.

"Papa sudah mendengar berita Rora dari kak Ruka? Bisakah papa langsung ke sini?"

"A-asa? Ada apa sebenarnya? Ada apa dengan Rora?"

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang