HAPPY READING
"Maafkan aku,"
Heeseung kembali membungkuk setelah mengatakan maaf entah untuk yang ke berapa. Laki-laki itu terlihat sangat menyesal terdengar dari nada suaranya.
Helaan napas Jungwon terdengar kasar, tapi tatapan laki-laki itu berangsur-angsur melembut saat menatap Heeseung.
"Seandainya kamu memang bersekongkol dengan tuan Park, aku mungkin tidak akan pernah memaafkan mu." ucapnya serius.
Heeseung menggeleng setelah kembali duduk di kursinya. "Aku begitu kesulitan untuk mencari bukti lain, bagaimana mungkin aku bersekongkol pada orang jahat yang hendak mencelakai adik Rora? Dan satu,"
Heeseung merogoh sesuatu dari dalam ransel miliknya. Sebuah amplop coklat yang begitu tebal ia keluarkan, lalu meletakkannya di atas meja.
"Ini adalah uang yang tuan Park berikan padaku. Aku sudah memberikannya pada pihak kepolisian, tapi mereka kembali menyerahkannya padaku setelah memeriksanya sebentar. Aku tidak tahu harus ku bawa kemana uang ini, jadi aku berikan pada kalian." lanjutnya.
Pharita dan Asa saling tatap sembari tersenyum. Tawa kecil terdengar dari keduanya setelah keduanya sama-sama saling memutuskan kontak.
"Heeseung, ini milikmu." kata Pharita, yang mana hal itu berhasil membuat Heeseung mengerjap bingung.
"A-apa?" Heeseung menggeleng, "tidak, uang ini tuan Park berikan padaku jika aku berhasil menghilangkan bukti. Aku tidak melakukan apa yang tuan Park lakukan, tentu uang ini bukan lagi hak ku."
Perkataan Heeseung yang terlampau polos berhasil menimbulkan tawa dari Jungwon dan Yoshi. Kedua laki-laki itu saling menepuk pundak karena tertawa yang berlebihan.
Pharita kembali menggeleng saat melihat Heeseung yang kini menatap kedua laki-laki tadi dengan bingung.
"Heeseung, dengar. Uang ini memang seharusnya milikmu jika saja kamu berhasil melakukan apa yang tuan Park perintahkan. Tapi, karena pihak polisi yang mengembalikan uang ini padamu setelah di periksa, uang ini tentu sepenuhnya telah menjadi milikmu. Jadi, simpan uang ini untuk mu. Ini bukan uang siapapun, ini benar-benar uang mu sendiri." jelas Pharita.
"A-apa?" Heeseung menelan salivanya berat, "ja-jadi, ini uang ku?"
Semuanya mengangguk, dan itu berhasil membuat Heeseung tersenyum sendu.
"Terimakasih, aku memang sedang membutuhkan uang sekarang." katanya pelan.
Sejujurnya, Heeseung memang sedang membutuhkan uang untuk membayar sewa flat miliknya yang telah jatuh tempo. Pemerintah menggusur rumahnya untuk sebuah pembangunan, dan dirinya diberikan uang ganti yang lebih dari cukup untuknya. Uang itu ia gunakan untuk menyewa sebuah flat yang cukup besar dengan biaya bulanan yang memang cukup mahal. Tapi saat itu, Heeseung tak terlalu memikirkan karena uang gajinya tentu lebih dari cukup untuk membayar sewa bulanan juga untuk makan sehari-hari.
Tapi, dalam kurun waktu satu bulan lebih, gajinya tak diberikan entah karena apa. Dan bersamaan dengan kejadian Rora yang tenggelam dan tuan Park yang memberinya uang imbalan, Heeseung meyakini jika tuan Park yang telah melakukan semuanya. Termasuk menahan gajinya agar dia bisa menggunakan Heeseung sebagai alat.
"Kak Heeseung, kamu terlihat sangat bahagia sekali. Apakah nominal itu sangat berharga bagimu?" tanya Ahyeon.
Heeseung mengangguk, "tentu. Tuan Park sempat menahan gaji ku dan membuatku telat membayar sewa flat, jadi aku pikir uang ini dapat mengganti kerugian ku."
Ahyeon meringis mendengarnya. Ternyata sosok tuan Park ini begitu jahat, dia bahkan tega menggunakan orang lemah seperti Heeseung untuk dijadikan senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Différent [✓]
Fanfiction❝Life is based on differences between two people with different bodies❞ © matchavesper, 2023.