HAPPY READING
Canny tidak akan pernah bosan untuk selalu menatap wajah Rora yang terlihat serius. Meskipun pipi chubby itu tak lagi ada, tapi Rora tidak pernah berubah. Baginya, Rora akan tetap menjadi Dain yang ia kenal untuk selamanya.
"Canny, kamu mendengarkan ku?"
Canny yang tersadar pun mengerjap, ia lantas menatap pada jari telunjuk Rora yang menunjuk pada tulisan di bukunya.
"Haish, kamu melamun lagi." keluh Rora.
Canny mendengar itu hanya bisa tersenyum cengengesan. Gadis berponi itu lantas mulai mengambil alih buku yang berada di tangan Rora, lalu mengganti ke halaman yang kosong.
Ujung pena mulai menyentuh permukaan kertas, ditambah jemari Canny yang dengan lincah mulai menggerakkan pena itu hingga membentuk sebuah gambar.
Rora menghela napas lirih. Melihat bagaimana sang adik yang serius dengan gambarnya, membuatnya tak lagi bisa berkata-kata.
"Aku memang tidak paham dengan penjelasan mu, tapi lihat! Aku bisa menggambar mata mu." Canny tersenyum lebar saat menunjukkan hasil gambarnya pada Rora.
Memang tidak saling bersangkutan, tapi Rora cukup menghargai kerja keras Canny untuk menggambar kedua matanya dengan menepuk pelan kepala sang adik.
"Kamu memang hebat. Jiwa seniman mu sangat kuat. Tuhan menciptakan kedua tangan mu sudah pasti karena dunia ini membutuhkan manusia yang penuh imajinasi sepertimu." puji Rora dengan senyum lembutnya.
"Tapi maaf, Canny. Untuk sekarang, kamu harus belajar lebih dulu. Ujian tidak semudah yang kamu pikirkan, dan aku tidak bisa menjamin jika soal-soalnya akan semudah seperti yang aku berikan padamu sekarang." lanjut Rora.
Canny menghela napas panjang lalu mengangguk. Ia lantas membuka kembali halaman buku yang telah berisi soal dari Rora. Membacanya kembali dan mencoba untuk menjawabnya, sesekali bertanya pada sang kakak untuk meminta penjelasan.
Ini adalah malam ketiga setelah keluarga Jung mengadakan tamasya. Selama itu pula, Rora akan setia menemani Canny belajar sekaligus menjadi guru private untuk sang adik atas kemauan gadis berponi itu tentunya.
Kurang lebih 30 menit kemudian, Canny tersenyum lebar sembari menyerahkan bukunya pada sang kakak. Meminta Rora untuk mengecek tugasnya, dalam hati berharap agar tugas kali ini hanya salah sedikit.
Rora membaca dengan seksama jawaban Canny dan mencocokkan dengan jawaban yang sebelumnya telah ia tulis di kertas yang berbeda. Senyum puas tercetak di bibir Rora, hal itu berhasil membuat Canny di sampingnya tersenyum gugup.
"Kerja bagus, Canny. Kamu sudah paham sebagian besar, mungkin hanya sedikit belajar lagi dan kamu bisa menyelesaikan semua soal ini." ucap Rora dengan nada senang.
Canny mengerjap, "jadi, aku masih salah menjawabnya?"
"Hanya 2 soal saja yang salah, aku masih memakluminya. Semua soal yang aku berikan ada 30 soal, dan salah 2 bukan masalah besar."
"Benarkah?"
Rora mengangguk, "iya."
Canny tersenyum lebar, ia beranjak dari meja belajar menuju ranjang miliknya. Merebahkan tubuhnya di sana sembari berguling-guling.
Sejujurnya, belajar bersama Rora tidak jauh berbeda dengan belajar bersama Ahyeon. Keduanya sama-sama terlalu serius saat membuat soal, atau raut wajah yang terlampau serius saat mengecek jawaban darinya.
Rora membereskan buku-buku milik Canny yang berserakan. Mereka telah menghabiskan satu jam lamanya untuk belajar, dan dia terlanjur berjanji pada Canny untuk mengakhiri belajarnya jika Canny berhasil menjawab pertanyaan dari Rora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Différent [✓]
Fanfiction❝Life is based on differences between two people with different bodies❞ © matchavesper, 2023.