Différent ; 26. I Said, I'm Fine!

1.3K 190 20
                                    

HAPPY READING

Rora masih mematung dengan ucapan sang kakak. Ruka menuntut sebuah kejujuran darinya. Kejujuran tentang apa?

"Kakak--"

"Okay," Ruka kembali mendudukkan dirinya pada kursi lain di samping Rora. Tanpa menghiraukan Rora yang hendak mengelak, Ruka lebih dulu kembali berucap.

"Rora, apa yang kamu pikirkan tentang arti sebuah keluarga?"

Rora diam, dan Ruka menatap wajah adiknya itu dengan tatapan bertanya. Ia tak langsung menegur, yang ada dalam pikirannya tentu membiarkan sang adik untuk mencari jawaban atas pertanyaannya tadi.

"Saling mengerti dan saling menyayangi. Selama ini, itu yang selalu aku lihat dan aku rasakan dari kalian." kata Rora. Cukup lama gadis itu berpikir sampai sebuah jawaban muncul yang membuatnya bersuara.

Ruka mengangguk, "kamu benar. Saling mengerti, ya... lalu, selama ini apakah kamu pernah mengerti keadaan keluarga mu? Atau keluarga mu selalu mengerti keadaan mu?"

Rora tidak tahu pertanyaan macam apa yang sedang ia dapatkan sekarang. Terlalu membingungkan, lantas jawaban apa yang tepat untuk menjawab itu.

"Baiklah, selanjutnya."

Rora sedikit terkejut ketika Ruka melanjutkan ucapannya tanpa menunggu dirinya menjawab pertanyaan yang kakaknya itu lontarkan. Tapi, ia terlalu takut untuk sekedar menyela meskipun dirinya ingin.

"Saling menyayangi, apakah kamu menyayangi keluarga mu, Rora? Lalu, apakah kasih sayang yang keluarga mu berikan untukmu selama ini sudah cukup? Atau kurang? Atau lebih dari cukup?"

Siapapun, tolong Rora. Bawa dia pergi dari sana sekarang. Ruka bertanya padanya tanpa raut wajah yang biasanya menenangkan untuknya. Sekarang, kakaknya itu terlihat menyeramkan. Bolehkah jika dirinya berpikir bahwa Kanada telah membuat Ruka yang baik hati berubah?

"Kak--"

"Kakak meminta jawaban mu, Rora." sela Ruka ditengah suara Rora yang sempat terdengar.

Suasana diantara keduanya terasa jauh lebih dingin. Mungkin hanya perasaan Rora saja, karena dari segi manapun, Ruka terlihat biasa saja. Dan itu semakin meyakinkan Rora bahwa Kanada telah merubah sang kakak.

"Baiklah," Rora menghela napas berat sebelum kembali berucap, "aku akan memberikan jawaban yang sangat kakak inginkan itu."

Rora menyandarkan punggungnya pada kursi dibelakangnya. Memperhatikan bagaimana keluarganya sedang bercanda dengan tawa yang sesekali terdengar cukup nyaring dari tempatnya duduk.

"Jika ditanya, apakah aku menyayangi keluarga ku, tentu jawabannya, aku sangat menyayangi kalian semua. Lalu, apakah menurut ku mereka juga menyayangi ku? Tentu saja, jika mereka tidak menyayangi ku, kenapa mereka harus repot-repot mengadopsi ku?"

"Kedua, untuk saling mengerti... kupikir ini poin yang terkadang membuatku salah paham? Entahlah. Selama ini, kurasa aku sudah mencoba untuk saling mengerti diantara kita semua. Aku memahami bagaimana keadaan keluarga ku, tentu saja. Tapi, untuk timbal baliknya..."

Rora menelan salivanya kasar, "kupikir, sebagian masih kurang."

Rora sedikit terkejut ketika ia mendapati sang kakak tengah menatapnya dengan tatapan... sendu?

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang