Différent ; 3. Something

2.3K 291 12
                                    

HAPPY READING

Rora berani bertaruh, selama dirinya bersekolah di Netherland, baru kali ini dia merasakan secara langsung makan siang di cafetaria milik sekolahnya itu.

Bukan tanpa alasan dirinya menginjakkan kakinya di sana, sebab tadi pagi dia terlambat bangun yang mengharuskannya pergi lebih awal dan melewatkan sarapan.

Perlu dicatat, sekolahnya berada di ujung kota dengan lingkungan background pedesaan yang sangat damai. Jadi, jangan heran jika dirinya terkadang akan berangkat lebih awal atau pulang lebih larut dari ketiga saudarinya yang masih sama-sama sekolah. Jaraknya cukup jauh.

"Hyein, kamu yakin ingin makan berat di jam makan siang ini?" Rora bertanya sambil memperhatikan lauk pauk yang temannya itu ambil.

"Kenapa? Bukankah itu wajar? Lagi pula, perutku tidak menyedihkan seperti mu." Kekehan Hyein menyapa rungu, dan Rora menghela napas untuk itu.

Ya, Rora dan makanan berat adalah musuh. Terkadang dia harus menyimpan keinginannya untuk ikut makan-makanan berkalori tinggi seperti saudari-saudarinya yang lain.

Menu siang ini ada makanan utama kari ayam, kepiting malatang, berbagai olahan pork, dan daging sapi.

Terdengar sangat menggiurkan, tapi Rora hanya bisa mengambil nasi dan beberapa olahan sayur tanpa campuran santan kelapa, serta dessert yang telah tersedia. Dalam hati Rora amat sangat menyesal telah melewatkan sarapan paginya.

Makan siang yang cukup sunyi baginya dan Hyein. Mereka lebih memilih makan dalam diam dan mendengarkan orang-orang yang berbicara atau berlalu-lalang disekitar mereka.

Hingga makan siang mereka telah habis, Rora dan Hyein tetap di meja mereka sambil menyantap dessert.

"Kemarin saat kita berpisah di halte, aku sempat melihat kakak ketiga mu di cafe." Hyein bercelatuk.

"Kak Asa?" tanya Rora yang langsung di angguki oleh Hyein.

"Dia memang sedang sibuk dengan kegiatannya di kampus. Kamu tahu, mahasiswa baru harus memiliki wajah dimana-mana agar dikenal banyak orang." lanjut Rora.

"Masuk akal," tatapannya beralih pada Rora yang sedang memainkan sedotan dari susu kotak di depannya, "tapi, aku tidak bilang dia sendiri ataupun bersama teman-temannya."

Tatapan Rora memicing, "maksudmu?"

"Aku tidak mungkin salah lihat. Dia bersama seorang laki-laki tampan, aku pikir itu kekasihnya?"

Rora diam, dan diamnya Rora adalah tanda waspada untuk Hyein.

"S-sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Lagipula bukan masalah bukan jika mereka benar-benar sepasang kekasih?" Hyein tertawa pelan setelah berucap. Dalam hati merutuki mulutnya yang terkadang menceritakan sesuatu tanpa tahu kebenarannya terlebih dahulu.

"Benar, bukan masalah jika mereka sepasang kekasih." Rora berucap santai lalu kembali menikmati susu kotaknya.

Suasana kembali hening di meja mereka. Hyein sendiri kembali memakan dessert yang masih tersisa banyak. Sedangkan Rora, gadis itu enggan berpikir tentang kakaknya.

Seharusnya wajar bukan jika kakak-kakaknya memiliki kekasih? Tapi..

"Ngomong-ngomong, café mana yang kamu maksud?"

Hyein mengernyit, "kamu tahu café baru di ujung jalan dekat perpustakaan kota? Aku melihat mereka di sana kemarin."

Rora mengangguk mengerti. Bukan urusannya, tapi dia harus memastikan sesuatu.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang