Différent ; 41. The Sunset and the Shape of Asa's Love

1.2K 169 24
                                    

HAPPY READING

"Jangan memaksakan diri seperti ini, Rora. Kami tidak akan meninggalkanmu, aku janji."

Rora menggeleng kecil, ia tetap berusaha duduk sendiri untuk bersandar pada bangsal yang telah ditegakkan. Gadis itu meringis saat kedua tangannya bergetar karena tekanan yang tubuhnya berikan, membuat Ahyeon dan Rami yang ada di sana sudah mempersiapkan kedua tangan mereka, berjaga-jaga jika seandainya Rora limbung.

"Sudah," wajah pucat itu nampak berbinar saat berhasil duduk sembari bersandar, "aku bisa duduk sendiri."

Ahyeon dan Rami menghela napas lega, mereka menatap Rora dengan tatapan tak terbaca. Di satu sisi ikut senang karena Rora bukan orang yang mudah menyerah, tapi di sisi lain merasa khawatir yang berlebihan, takut jika seandainya Rora jatuh atau merasa sakit.

"Kamu baru pulih, dan tidak seharusnya memaksa diri seperti ini." Ahyeon berucap sembari mengelus lembut rambut Rora. Ia sudah duduk di samping Rora, di susul oleh Rami di sisi bangsal yang lain.

"Jika aku tidak memaksa diri, sampai kapanpun aku tidak akan bisa duduk sendiri."

Rami menggeleng tak setuju, "kamu akan bisa duduk sendiri jika sudah sepenuhnya pulih. Tidak perlu memaksa."

"Lupakan saja." Ahyeon menyela saat merasa Rora sedikit murung. Ia tak akan mengambil resiko jika nanti Rora akan kembali tertutup pada mereka.

"Sebentar lagi perawat akan mengirim makanan. Kamu harus makan agar tenaga kamu kembali pulih." imbuhnya.

Rora mengangguk. Mereka bertiga lantas mengobrol banyak, tapi lebih banyak Ahyeon dan Rami. Kembar itu banyak membicarakan wacana yang akan mereka lakukan setelah lulus nanti.

Rora tersenyum saat mendengar pembicaraan kedua kakak kembarnya. Gadis itu sudah lepas dari venturi mask, bahkan beberapa selang yang awalnya terhubung ke banyak alat kini sebagian besar telah di lepas. Hanya meninggalkan beberapa, termasuk selang untuk membuang air kecil.

"Kakak, kalian sebentar lagi akan lulus. Apakah kalian akan melanjutkan pendidikan di Korea?" tanya Rora.

Ahyeon bertatapan dengan Rami lalu keduanya tersenyum.

"Kami akan melanjutkan kuliah di Kanada. Aku tidak mau berpisah dengannya," ucap Ahyeon sembari menunjuk Rami.

"Lagipula, kakak besar, kak Pharita, dan kak Asa sudah berkuliah di Korea. Sepertinya dari kita perlu memiliki pengalaman baru untuk tinggal di negeri orang bukan?" imbuhnya.

"Ahyeon benar. Selain karena alasan itu, kamu tahu bukan, jika kakak besar sebentar lagi harus pindah ke Kanada untuk memegang perusahaan papa di sana? Bukankah lebih baik jika kita bisa sedikit membantu? Menemaninya contohnya." timpal Rami yang membuat Ahyeon tertawa.

Rora tertawa kecil. Mereka memang dilahirkan untuk saling melengkapi. Meskipun saling mengejek, mereka tak benar-benar saling membenci. Hanya saja, itu adalah salah satu cara mereka untuk mengungkapkan betapa mereka saling menyayangi.

"Aku ikut senang mendengarnya." kata Rora dengan senyum tulus.

Rami mengangguk, "lalu, bagaimana denganmu? Meskipun kamu masih kelas 10, bukan berarti kamu tidak akan lulus nanti. Jadi, apa rencana mu setelah lulus sekolah, Rora?"

Rora mulai berpikir, gadis itu mengerjap cepat lalu kembali menatap kakak kembarnya.

"Dulu, aku ingin melanjutkan study ke Belanda jika nanti aku sudah lulus. Tapi, saat melihat kalian, aku pikir aku akan break satu tahun untuk menunggu Canny lulus. Aku ingin masuk ke perguruan tinggi bersama-sama dengan Canny," jawab Rora.

Différent [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang