34. Adek Cari Abang 🦋

5.7K 439 14
                                    

Viona berbaring miring atas meja dengan ditopang sebelah lengannya. Wajah kirinya menghadap jendela, memperhatikan daun pohon ketapang yang mulai menguning dengan mulut cemberut. Tangannya yang lain memainkan pulpennya tanpa tujuan.

Huff

Viona menghembuskan napas lelah dan menelungkupkan wajahnya ke dalam lengkungan lengannya.

Viona bosan. Hari ini mereka belum memiliki jadwal belajar, tapi para siswa tidak diizinkan pulang.

"Mohon perhatian semuanya."

Viona mengangkat kepalanya saat mendengar suara Faiz dari arah podium.

Gadis kecil dengan rambut dikepang dua itu menguap saat menunggu pengumuman penting apa yang akan disampaikan Faiz.

Bukan hanya Viona, tapi hampir seluruh siswa di kelas Viona juga bosan. Ada yang sedang tidur, namun ada juga yang sedang melakukan kegiatan sendiri-sendiri.

"Tadi gue dapat informasi dari Bu Lastri kalau kita udah boleh pulang setelah istirahat," jelas Faiz.

Pengumuman Faiz sontak membuat sebuah pikiran melintas di benak Viona.

"Iz.. Faiz," panggil Viona saat Faiz melewati mejanya.

"Iya Vi?" Sahut remaja berkacamata itu.

"Kita hari ini ada di-absen?" Tanya gadis itu.

"Nggak," jawab Faiz sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, gue boleh minta tolong gak?" Pinta Viona sambil menatap Faiz dengan pandangan berharap.

Faiz mengangkat sebelah alisnya. "Mau minta tolong apa? Tapi gue ingetin dulu. Gue gak mau lakuin hal yang langgar aturan," ucap Faiz.

Viona buru-buru mengangguk. "Iya. Gue cuma mau minta tolong buat jagain tas gue. Gue mau ke kampusnya bang Rendi, nanti tasnya lo taruh di pos satpam aja. Kan kata lo kita gak di-absen, gak apa dong kalau gue pergi duluan."

Faiz berpikir sejenak.

"Pleaseee. Gue bosen banget di sekolah. Pengen ke tempat abang aja," rengek Viona.

Melihat temannya yang seperti akan menangis, Faiz hanya bisa menerima nasibnya. "Okey, gue bantuin. Tapi lo jangan sampe ketahuan waktu bolos," putus Faiz.

"Yes! Thank you ya! Gue pergi sekarang. Ntar bilang aja ke satpam kalau gue lagi ke toilet," ujar Viona yang langsung keluar dari kelas, meninggalkan Faiz yang hanya bisa menghela napas tidak berdaya.

Setelah keluar dari kelas, Viona mengendap-endap menuju belakang gudang sekolah. Di sana terdapat sebuah jalan rahasia untuk keluar dari area sekolah. Ini adalah salah satu warisan turun temurun dari alumni sekolah yang diceritakan Rendi.

Sepanjang jalan Viona beruntung tidak bertemu siapapun. Ini juga termasuk keuntungan berada di gedung yang terpisah dengan kantor guru.

Viona terus berjalan menuju ruangan yang terletak di akhir lorong kelas seni budaya yang sedang kosong pada hari itu.

Saat sudah sampai di gudang, Viona terus lanjut berjalan sebelum berbalik ke area belakang gudang. Di sana terdapat sebuah pohon besar yang konon katanya sudah berdiri selama 50 tahun, membuat pohon beringin itu dijuluki angker hingga tidak ada siswa yang berani datang.

Di belakang pohon beringin itulah pintu tua yang membatasi sekolah dengan dunia luar berada.

Gadis cantik dengan tatapan mata nakal itu berjalan ke belakang pohon beringin berakar lebat itu. Viona pun akhirnya menemukan pintu yang dikatakan Rendi. Sebuah pintu tua yang sudah berkarat, menunjukkan sudah selama apa pintu itu menjadi perantara para siswa untuk bolos sekolah, seperti abangnya. Dan sekarang dia.

Pintu itu tidak terlalu sulit untuk dibuka. Tidak digembok, namun engsel pintunya sudah berkarat hingga sedikit susah untuk didorong.

Setelah mengerahkan sedikit tenaga, pintu besi tersebut akhirnya berhasil didorong ke belakang. Membuka jalan bagi Viona untuk keluar dan bolos sekolah.

Gadis itu seperti kupu-kupu yang baru saja keluar dari kepompongnya, terbang keluar untuk mencari makanan enak yang pernah dibawa pulang Rendi. Ya, alasan Viona bolos bukan untuk mencari Rendi, tapi untuk makanan lezat yang ada di kantin kampus Rendi.

Jarak antara sekolah Viona dan kampus Rendi adalah 5 menit mengemudi. Namun, gadis kecil itu sedang tidak ingin naik taksi karena perhatian Viona telah tertuju pada tempat penyewaan sepeda yang terletak tidak jauh dari sekolah.

Setelah membayar uang sewa, gadis kecil itu menaiki sepeda menuju Hermawan University, beberkal pengalamannya belajar sepeda yang diajarkan Adit saat mereka sedang liburan di Pulau Jeju.

Rambut kepang duanya terbawa angin di bawah terik matahari. Membuatnya terlihat cantik seperti pemeran utama wanita di film jadul.

Setelah mengayuh sepeda selama 15 menit, Viona akhirnya tiba di depan gerbang megah Hermawan University.

Viona terus mengayuh sepedanya hingga menemukan gerbang lagi bertuliskan Medical School.

Viona memarkirkan sepeda sewaannya di parkir mahasiswa, bergabung dengan deretan mobil mewah yang menjadi ciri khas mahasiswa jurusan kedokteran Hermawan University.

Viona meninggalkan sepedanya dan masuk ke dalam area gedung pengajaran. Dari arah pintu masuk yang berupa lobi dan ruangan-ruangan administrasi yang berjumlah 3 lantai, Viona terus berjalan masuk lebih jauh hingga menemukan pintu keluar. Di balik pintu, terdapat sebuah taman cantik dengan beragam jenis mawar dan tulip, di tengah-tengahnya terdapat sebuah air mancur yang keluar dari mulut patung ikan koi besar.

Di kiri dan kanan taman yang seluas lapangan sepak bola itu, terdapat beberapa gedung sesuai dengan jumlah jurusan yang disediakan di fakultas tersebut.

Gedung jurusan Rendi terletak di arah kiri, gedung 4 lantai berwarna abu-abu yang menjadi kebanggaan universitas ini. Namun, Viona tidak berniat menelpon Rendi. Bahkan, gadis kecil itu berani datang sendiri hari ini karena Rendi curhat kalau 3 hari ini dia harus pergi ke perpustakaan untuk mencari materi dan tidak punya waktu untuk makan.

Viona tidak ingin ketahuan Rendi dan berakhir diceramahi karena berani datang sendiri. Pria itu juga akan bersikap berlebihan dengan menceritakan beberapa contoh kecelakaan yang terjadi di jalan raya.

Viona berjalan ke arah kantin umum fakultas kedokteran yang letaknya di antara gedung jurusan kedokteran hewan dan gigi.

Kantin tersebut berbentuk aula besar dengan nuansa khas Batavia di jaman penjajahan yang serba putih. Di dalamnya terdapat berbagai jenis stan yang menjual 30 jenis makanan. Dan makanan yang ingin dimakan Viona hari ini adalah chicken katsu yang pernah dibawa pulang Rendi.

Viona jatuh cinta dengan rasa chicken katsu di kampus Rendi, namun Rendi sering harus tinggal di kampus hingga sore hari dan kantin hanya buka sampai jam 3 siang.

Setelah masuk ke dalam kantin, Viona terlebih dahulu memesan makanan yang diinginkannya ke kedai mirip emperan yang ada di Jepang sebelum duduk di salah satu meja, menunggu makanannya diantarkan.

Viona duduk dengan anteng di mejanya, gadis itu menunggu sambil melihat-lihat sekeliling kantin dan memperhatikan mahasiswa dan mahasiswi yang masuk dari arah pintu.

Saat Viona memperhatikan lingkungan di sekitarnya, para pengunjung kantin juga ikut memperhatikan Viona. Mereka heran mengapa ada siswi Hermawan High School (dilihat dari seragamnya) duduk sendirian di kantin mereka.

10 menit kemudian, makanan pesanan Viona diantar oleh pelayan. Viona menatap makanannya dengan puas. Fillet ayam krispi, salad, dan satu tungkup nasi. Seperti kata Rendi, makanannya terlihat lebih baik saat masih di kantin.

Selain chicken katsu, Viona juga memesan jus jeruk tanpa gula. Gadis itu dengan antusias mulai menikmati makanannya.

Saat Viona sudah asyik makan, kantin yang awalnya hening mendadak riuh. Viona tidak ingin memperhatikan, namun samar-samar dia mendengar nama abangnya. Sebelum gadis itu sempat mencerna maksud perkataan mereka, sebuah suara datang mengagetkan gadis itu hingga membuatnya tersedak ayam.

"Adek?!"

Nah lho?





















Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang