"Mas gak apa-apa bawa adek?" Tanya Selina khawatir.
"Gak apa-apa kok yang. Lagian yang punya perusahaan juga aku. Gak akan ada yang berani komplain," jawab Adit setelah selesai memakai dasinya.
Kedua pasangan suami-isteri itu kemudian turun bersama ke meja makan untuk sarapan.
Saat mereka turun, kebetulan juga keempat anak mereka baru turun. Radit sedang membimbing adik bungsunya berjalan menuruni tangga.
"Mama! Papa!" Panggil gadis kecil berusia tiga tahun itu setelah sampai di undakan tangga terakhir.
Radit dan kedua abang yang ditinggalkan hanya bisa pasrah dan menggelengkan kepala mereka tak berdaya. Adik kecil mereka itu sangat sesuai dengan kata-kata "membakar jembatan setelah menyeberangi sungai". Tapi mau bagaimana lagi? sayang adek banyak-banyak!
"Anak papa!" Sahut Adit yang sudah menangkap Vio yang berlari ke arahnya dan istrinya.
Viona sudah didandani dengan dress di atas lutut berwarna pink dan legging putih, kaki kecilnya dipakaikan sepatu putih dengan pita besar berwarna pink, dan rambut keritingnya yang sudah agak panjang diikat menjadi dua tarikan kecil.
"Cantik banget sih anak papa," puji Adit sambil melayangkan kecupan bertubi-tubi di wajah mungil putrinya.
"Ah! Papa geli!" Seru Viona yang berusaha menyembunyikan wajah kecilnya dari sang papa.
Selina memutar bola matanya malas saat melihat interaksi lebay suami dan putrinya, yang sudah dilihatnya setiap hari selama tiga tahun.
Wanita cantik itu kemudian mengalihkan perhatiannya kepada putra-putranya yang sedang tertawa karena melihat tingkah Viona dan sang papa.
Cup!
Cup!
Cup!
Selina mencium dahi ketiga putranya secara bergantian. "Sarapan dulu yuk bang. Nanti kalian terlambat sekolahnya," ujar Selina.
"Okay mommy," sahut ketiga laki-laki kecil itu dengan senyum lebar di wajah mereka.
Setelah puas bermain, Adit menggendong putrinya dan meletakkannya di kursi sebelah Rendi. Mereka kemudian sarapan dalam diam.
Setelah selesai sarapan, mereka semua meninggalkan meja makan dan bersiap berangkat ke kantor dan sekolah.
Viona dengan sadar berjalan ke arah Selina dan menggenggam tangan mamanya.
Selina merasa sangat lucu hingga tidak bisa menahan diri untuk mengeratkan tangan kecil putrinya di tangannya.
"Adek gak pergi sama mama hari ini," ucap Selina.
Viona dan abang-abangnya yang akan pergi saling memandang dengan bingung. Berbeda dengan Adit yang justru tersenyum senang.
"Kenapa ma?" Tanya gadis kecil itu bingung. Selama ini dia selalu ikut sang mama ke toko roti.
"Iya. Adek hari ini ikut papa ke kantor, karena mama harus ke gudang supplier," jawab Selina sambil mengusap rambut putrinya.
"Iya Mak? Adek ikut papa?" Rendi dengan bersemangat bertanya.
"Iya. Mama harus bertemu supplier hari ini," jawab Selina lembut.
"Ayok adek ikut abang," ujar Rian kemudian menggenggam tangan Viona.
Selina menggelengkan kepalanya saat melihat ketiga putranya dengan bersemangat menarik Viona untuk ikut mereka ke mobil Adit.
Selina menoleh saat merasakan sebuah tangan di pinggangnya. Dia menoleh dan tersenyum saat berhadapan dengan wajah tampan Adit yang menatapnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona (END)
Fiksi RemajaBagaimana jadinya kehidupan Viona, seorang gadis kecil yang hanya hidup bersama sang mama tiba-tiba punya papa baru dan 3 abang tiri? akankah hidupnya lebih bahagia atau justru makin pelik? Dan bagaimana kehidupan gadis cantik itu ketika cinta datan...