Kring!
Kring!
Kring!
Bel pulang sekolah yang telah ditunggu oleh para siswa Hermawan Junior High School akhirnya terdengar. Di setiap kelas, terdengar sorak-sorai para siswa yang sudah tidak sabar untuk berlibur akhir pekan.
Setelah guru pelajaran biologi keluar, Viona merapikan barang-barangnya yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas. Gadis remaja dengan rambut digerai itu tersenyum saat melihat kehebohan teman-temannya.
Banyak hal yang telah berubah dari Viona. Gadis kecil yang dulu gembul itu kini menjelma menjadi gadis cantik dan langsing dengan kepribadian yang lebih kalem, setidaknya di depan orang luar.
Namun, ada satu hal yang belum berubah. Yaitu Rendi yang tetap setia menjemput adik kecilnya setiap bel pulang berbunyi.
"Viona! Abang lo udah dateng!" Seru siswa yang duduk paling depan.
Mendengar panggilan itu, Viona segera mempercepat gerakan tangannya dan berlari ke pintu keluar untuk menjumpai sang abang.
"Abang!" Panggil gadis cantik itu. Mata bulat hitamnya berbinar cerah saat melihat abang ketiganya.
"Adek!" Seru Rendi yang kemudian memeluk Viona seperti yang biasa dia lakukan ketika mereka masih kecil.
Rendi hanya memeluk gadis itu untuk waktu yang singkat. Setelah itu, diusapnya kepada adik kecilnya dengan sayang. Remaja berusia 16 tahun itu mendadak sentimental ketika melihat adik kecilnya yang dulu seperti squishy telah tumbuh menjadi gadis cantik dan ramping di depannya.
Adik kecilnya yang dulu hanya bisa mengucapkan kata "A~ba!" dan "Na!" kini bahkan dapat berdebat dengan ketiga abangnya ketika ada sesuatu yang tidak dia suka.
Adik bungsu yang dulunya suka diledekin Rendi karena rambut kriwilnya, saat ini telah berubah menjadi remaja putri dengan rambut bergelombang.
Dan, yang paling penting adalah adik kesayangannya yang dulu selalu bergantung kepada mereka telah perlahan-lahan melebarkan sayapnya untuk menikmati setiap inci keindahan dunia, membuat mereka was-was jika ada yang ingin membawa gadis kecil kesayangan mereka pergi.
Rendi merasa sangat terenyuh hingga tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
"Abang kenapa?" Tanya Viona khawatir saat melihat abangnya yang seperti hendak menangis.
Panggilan Viona menyadarkan Rendi dari ingatan masa lalunya. Remaja tampan dengan tinggi 178 cm itu kemudian merangkul adik kecilnya yang tingginya hanya mencapai dadanya.
"Nggak ada. Abang cuma kepikiran aja kalau kita berempat udah lama gak ngumpul bareng," elak Rendi.
"Iya ih. Bang Radit sama bang Rian lama banget pulangnya!" Keluh Viona dengan bibir mengerucut. Gadis itu mengeluhkan kedua abangnya yang sama-sama sudah satu bulan belum pulang ke rumah karena mengikuti camp musim dingin di Korea.
Rendi hanya tersenyum sambil menepuk pelan puncak kepala Viona. "Ya udah, nanti pas pulang abang Radit sama bang Rian kita kerjain aja," saran Rendi dengan senyum licik terukir di bibirnya.
Viona mengangguk setuju. "Ehm. Siapa suruh abang-abang nggak ngabarin adek!" Dengus gadis itu angkuh.
Rendi hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tingkah adik kecilnya. Gadis kecil itu terbiasa dimanjakan oleh mereka sehingga dia tidak takut akan masalah. Namun, hal itu jugalah yang membuat mereka bahagia karena Viona tumbuh dengan sangat baik dan tidak kekurangan suatu apapun.
Keinginan mereka hanya satu, yaitu gadis kecil mereka tahu bahwa dia dicintai dan nantinya tidak akan langsung luluh hanya karena sedikit perhatian dari orang luar (a.k.a calon pacar).

KAMU SEDANG MEMBACA
Viona (END)
Fiksi RemajaBagaimana jadinya kehidupan Viona, seorang gadis kecil yang hanya hidup bersama sang mama tiba-tiba punya papa baru dan 3 abang tiri? akankah hidupnya lebih bahagia atau justru makin pelik? Dan bagaimana kehidupan gadis cantik itu ketika cinta datan...