21. Allen

11.8K 614 14
                                    

Di suatu kamar gelap tanpa penerangan, di sebuah rumah sakit terbesar dan termahal di Washington DC. Terbaring seorang remaja laki-laki tampan yang menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari tidur lelapnya.

Kelopak mata bertahtakan bulu mata lebat dan melengkung perlahan ditarik ke atas, hingga menampakkan bola mata hitam tanpa emosi yang menatap kosong ke langit-langit kamar VVIP itu.

Remaja itu berbaring diam tanpa bergerak, bahkan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bukan karena malas, tapi karena dia tidak bisa.

Tok

Tok

Tok

Tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu sebelum pintu tersebut perlahan terbuka. Namun remaja itu tidak peduli karena sudah tahu siapa yang datang.

"Good morning Mr. Allen. Saatnya perawatan," ujar perawat yang masuk sambil mendorong meja berisi berbagai alat kesehatan.

"Saya izin buka gordennya ya tuan?" Ujarnya sopan yang lagi-lagi tidak mendapatkan tanggapan dari remaja yang bernama Allen itu.

Perawat tersebut tidak peduli dan langsung berjalan menuju tirai yang menutupi jendela dari lantai ke langit-langit, seperti yang sudah dia lakukan setiap pagi selama satu tahun terakhir.

Seberkas cahaya menusuk retina mata remaja itu. Allen mengerutkan matanya dengan tidak senang, namun masih tidak mengatakan apa-apa.

"Mister Allen, sekarang saya akan memberikan suntikan di lutut anda," ujar perawat tersebut dengan sopan.

Allen masih tidak menjawab dan hanya menerima jarum tipis dan tajam yang menusuk kulit putihnya, tapi dia bahkan tidak mengerutkan kening karena dia tidak bisa merasakan apa-apa.

Setelah selesai menyuntikkan obat, perawat itu pun pergi. Meninggalkan remaja yang masih menatap kosong langit-langit berukir ukiran klasik khas abad pertengahan Eropa, seperti boneka tanpa jiwa.

Tidak berselang lama, pintu kamarnya kembali dibuka dari luar.

"Selamat pagi sayang," sapa sebuah suara lembut.

Seorang wanita cantik dengan ekspresi lembut masuk ke dalam ruang rawat Allen.

"Sayang, mama bawa sup ayam kesukaan kamu," ujar wanita itu lembut, namun terdapat getaran di suaranya.

Wanita cantik itu mengusap rambut putra semata wayangnya dengan lembut. Hatinya terasa bagai tertusuk katana setiap kali melihat putra kesayangannya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tidak terhitung banyaknya dia berdoa agar waktu dapat diulang dan kejadian naas setahun yang lalu tidak terjadi.

[1 tahun yang lalu.

Allen yang tampan mengikuti orangtuanya berlibur ke Hawaii. Mereka tinggal di sebuah villa dekat laut dengan pemandangan hamparan laut luas dan mercusuar putih di atas karang.

Biasanya, Allen akan mengikuti papanya berselancar di tengah ombak tinggi di pantai atau sekedar menghabiskan waktu dengan menemani mamanya berbelanja. Pokoknya, hari-harinya di Hawaii selalu penuh.

Tibalah hari terakhir sebelum mereka berangkat kembali ke Washington DC besok. Rencana awal hari ini adalah Allen akan mengikuti papanya diving. Namun, ternyata pada hari itu sang papa harus mengikuti jamuan makan bisnis di Honolulu bersama sang istri.

"Sayang, mama sama papa pergi dulu ya? Kamu hati-hati di rumah. Kalau kamu bosan main sama Sony aja," pesan mama sebelum pergi.

"Okey ma," jawab Allen.

Setelah mama dan papanya pergi, Allen merasa bosan dan akhirnya mengikuti saran mama untuk mengajak Sony yang merupakan keponakan kepala pelayan mereka bermain bersama.

Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang