10 menit kemudian, ospek di hari kedua akhirnya dimulai.
Seperti hari pertama, seluruh anggota kelompok dibariskan di depan kakak pembina untuk pengarahan lebih lanjut.
"Okey, semua sudah ada di sini kan?" Tanya Ciko, ketua seksi olahraga melalui pengeras suara.
"Siap, sudah!" Jawab seluruh peserta secara kompak.
"Adik-adik, hari ini kita akan mengadakan lomba tarik tambang. Silakan dilihat lebih dulu, arena yang akan kita gunakan adalah arena terbuka yang sudah dibanjiri di samping kantin.
Aturan mainnya adalah, seluruh anggota kelompok termasuk kakak pembina akan ikut bermain. Nanti urutan anggotanya dapat kalian atur sendiri.
Karena jumlah kita 15 kelompok, jadi satu kelompok akan menjadi pemain akhir di final. Kelompok yang dimaksud akan ditentukan dari pemenang permainan batu, kertas, dan gunting. Biar adil, yang menjadi perwakilan kelompok adalah kakak pembina. Silakan maju kakak-kakak," perintah Ciko.
Viona dan 14 kakak pembina maju sedikit ke depan. Mereka akan secara serentak mengangkat tangan mereka sambil menghadap ke arah anggota kelompok masing-masing.
"Okey. Ready ya! Di hitungan ketiga, angkat tangan kalian. 1, 2, 3!"
Di hitungan ketiga, Viona mengangkat tangannya. Gadis cantik itu memilih kertas.
Segera setelah seluruh pembina mengangkat tangan mereka, seruan kekecewaan dan bahagia terdengar dari segala penjuru.
Viona membuka mata yang tadi dia tutup dan melihat sekeliling ke arah para pembina lain. Seketika seruan kekecewaan terdengar dari mulut kecil gadis itu. Ternyata Viona dan 1 orang pembina lain harus kalah karena jumlah orang yang memberikan gunting dan batu lebih banyak.
Viona berusaha menyembunyikan kekecewaannya dengan menonton pertandingan orang-orang yang masih tersisa.
Saat sedang tenggelam dalam kesedihannya, gadis kecil itu merasakan sesuatu dimasukkan ke dalam telapak tangannya.
Viona menunduk dan melihat 2 bungkus permen rasa jeruk di atas telapak tangan mungilnya.
Viona mengangkat kepalanya dan melihat Allen di depannya sedang tersenyum lembut sambil menatapnya.
Remaja tampan itu terlihat senang saat Viona melihat dirinya.
Di depan Viona, remaja tampan itu membuka telapak tangannya yang tadi digenggam dan mengeluarkan satu bungkus permen seperti yang ada di tangan Viona. Allen kemudian membuka bungkus permen itu dan melahap isinya.
Remaja berumur 15 tahun itu menutup matanya dan menggelengkan kepalanya seakan sedang menikmati permen rasa jeruk tersebut.
Selesai bersikap berlebihan, Allen kemudian menaikkan kedua alisnya ke arah Viona seakan menyuruh gadis kecil itu untuk ikut mencicipi permen jeruk tersebut.
Seolah terhipnotis, Viona mengikuti Allen untuk membuka bungkus salah satu permen dan mencicipinya. Gadis itu juga memejamkan matanya seperti Allen.
Entah nyata atau hanya ilusi, Viona merasa perasaannya semakin membaik setelah makan permen.
Saat nama kelompok yang langsung menuju finish sudah keluar, seluruh tim pindah menuju arena yang sudah ditentukan.
Di sana, mereka kembali berdiskusi untuk menentukan urutan pemain.
Allen sebagai cowok paling tinggi berdiri di depan, Viona kedua, diikuti oleh Zalva, Alden, Nana, Vinsa dan Heri.
Lawan pertama mereka adalah kelompok 3 yang diketuai oleh Rio, Wakil OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona (END)
Fiksi RemajaBagaimana jadinya kehidupan Viona, seorang gadis kecil yang hanya hidup bersama sang mama tiba-tiba punya papa baru dan 3 abang tiri? akankah hidupnya lebih bahagia atau justru makin pelik? Dan bagaimana kehidupan gadis cantik itu ketika cinta datan...