2. Tentang Abang-abang

25.3K 1K 6
                                    

Adit dan Selina berkencan selama 5 bulan, selama itu pula Adit mengakrabkan diri dengan Vio, putri Selina yang juga akan segera menjadi putrinya.

Selama bersama Selina dan Vio, Adit merasa sangat bahagia. Dia tidak sabar untuk mengenalkan calon istri dan putri tirinya itu kepada anak-anaknya. Pria itu berharap ke-3 putranya itu akan ikut bahagia seperti dirinya. Mengingat betapa abainya dia terhadap pertumbuhan putra-putranya sebelumnya, termasuk saat istri pertamanya dulu masih ada.

"Vio, nanti Vio papa kenalin sama abang-abang ya?" Ucap Adit lembut sambil menggosok rambut keriting Vio yang sedang bermain boneka di atas karpet.

Hari ini, Adit berkunjung ke apartemen Selina untuk makan siang bersama seperti beberapa bulan belakangan ini. Pria itu menemani Vio bermain di lantai beralaskan karpet, sedangkan Selina memasak di dapur.

"Pa.. pa.." ucap Vio mengulangi kata yang selalu diajarkan Adit.

Mendengar Vio memanggilnya dengan lancar, Adit pun seketika bahagia dan langsung mengangkat Vio ke pangkuannya. Diciuminya ubun-ubun Vio berkali-kali untuk meluapkan kebahagiannya.

"Pa!" Protes Vio karena dijauhkan dari mainannya, namun justru disambut tawa Adit.

"Ada apa nih? Kok kayaknya seru banget," tanya Selina yang datang dari arah dapur untuk menghampiri papa dan putrinya itu.

Melihat kedatangan Selina, Adit segera merentangkan sebelah tangannya yang tadi memeluk Vio.

Selina pun menyambut uluran tangan Adit dan duduk di samping pria itu. Jadilah sekarang Adit duduk dengan tangan kanan memeluk Vio di pangkuannya dan tangan kiri memeluk pinggang Selina di sebelahnya. Dieratkannya pelukannya di sekeliling 2 perempuan yang disayanginya itu.

"Tadi adek ngomongin apa sama papa?" Tanya Selina sambil menggaruk hidung putrinya pelan.

"Ma.. pa...na..na.." Vio mengoceh dengan bersemangat seolah sedang melaporkan ceritanya dengan sang papa kepada mamanya. Bayi yang akan berumur genap 1 tahun itu sangat bersemangat mengoceh walaupun tidak jelas kata-katanya.

Walaupun tidak mengerti, Adit dan Selina lantas menanggapi setiap perkataan Vio, yang tentunya membuat bayi itu semakin bersemangat.

"Tadi aku ceritain Vio mengenai abang-abangnya. Seperti yang udah aku ceritakan ke kamu," ujar Adit lembut.

Sifat Adit yang biasanya dingin dan kejam sangat berubah drastis ketika bersama Vio dan Selina, pasti karyawan Adit akan sungkeman jika ada yang melihatnya seperti ini. Terutama Reno, yang sehari-harinya harus menghadapi pocker facenya Adit.

Adit mengusap pelan kepala Vio sebelum bercerita. "Jadi Vio. Papa punya 3 anak. Yang pertama namanya abang Raditya Hermawan, panggilannya Radit. Umurnya 9 tahun dan sekarang sudah masuk SD kelas 4. Yang ke-2 namanya bang Rian Hermawan, panggilannya Rian. Umurnya 7 tahun dan sekarang kelas 2 SD. Dan abang yang ke-3 bernama Rendi Hermawan, panggilannya Rendi. Sekarang berumur 5 tahun dan baru masuk TK." Jelas Adit panjang lebar.

Pria itu mengecup puncak kepala Vio sejenak sebelum lanjut bercerita. "Ke-3 abang kamu itu cerdas dan baik. Abang Radit dan bang Rian orangnya lebih pendiam, tapi kalau bang Rendi aktif banget. Pokoknya nanti kalau abang Rendinya nakal, kamu kasih tau papa aja. Ya sayang?" Ujar Adit panjang lebar yang pastinya tidak dimengerti oleh Vio. Tapi meski begitu, pria itu tetap menjelaskan dengan jelas kepada Vio mengenai ke-3 putranya.

Selina tersenyum melihat Adit yang sabar dan menyayangi Vio. Wanita berumur 22 tahun itu tidak sabar untuk bertemu dengan ke-3 putra Adit yang telah dilihatnya dari foto. Selina mengakui bahwa semenjak melihat foto mereka, rasa sayang tumbuh di hati perempuan muda itu, seperti rasa sayang yang tumbuh di hati Adit untuk Vio.

Selina sangat berharap agar proses perkenalannya dengan calon anak sambungnya itu akan berjalan dengan lancar dan mereka ber-5 akan hidup bahagia sebagai satu keluarga.

"Ayuk makan, makanannya udah siap. Kamu juga ada meeting kan nanti?" Ujar Selina setelah merasa kalau sup yang sedang direbusnya sudah matang.

"Sini adeknya sama aku. Kamu buru makan gih," ucap Selina sambil mengulurkan ke-2 tangannya, bersiap mengangkat Vio dari pangkuan Adit.

Namun, alih-alih memberikan Vio kepada Selina, Adit justru menghindari uluran tangan Selina dan bangkit berdiri. Di tengah tatapan kebingungan Selina, Adit tersenyum dan mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu Selina berdiri.

"Aku aja yang gendong adek," ujarnya lembut dan menggandeng tangan Selina menuju meja makan.

Selina hanya mengangkat bahu dan tersenyum mengikuti Adit yang dengan senang hati menggendong Vio sambil sesekali mencium pipi tembem gadis kecil itu.

Selina tersenyum bahagia ketika melihat punggung lebar Adit yang berjalan di depannya. Punggung kokoh itu seharusnya terlihat dingin alih-alih lucu seperti saat ini karena ada separuh badan bayi dengan rambut keriting terlihat dari depan. Wanita itu semakin tidak sabar untuk memiliki rumah dengan tambahan ke-3 jagoan Adit nanti. Pasti akan lebih bahagia dari yang sekarang dia rasakan.

Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang