Adit sedang mengerjakan dokumen di komputernya. Pria tampan itu mengurut dahinya karena merasa sangat lelah. Dia merasa ada sesuatu yang mengganggunya.
Dari semenjak mengantar adek sekolah hingga sekarang, Adit merasa sangat tidak nyaman. Seluruh tubuhnya menyuruhnya berhenti bekerja dan menyelesaikan sumber kegelisahannya, tapi otaknya terus mengatakan bahwa itu semua hanyalah ilusi.
Mencoba mempercayai otak cerdasnya, Adit terus bekerja seperti biasanya, mengikuti rapat, menandatangani dokumen, dan bertemu klien. Setidaknya, hingga detik ini segala sesuatunya masih normal.
Berpikir bahwa dia sudah terlalu lelah, Adit pun memutuskan untuk istirahat di lounge agar nanti kondisinya kembali optimal setelah cukup istirahat.
Pria itu mematikan komputernya sebelum berjalan menuju lounge. Di lounge mewah itu, Adit merebahkan tubuh tingginya di atas kasur king size. Menutup mata dan menjernihkan pikirannya, hingga akhirnya pria itu tertidur lelap.
Tidak tahu sudah berapa lama dia tidur. Namun saat ini dia bermimpi. Dalam mimpinya, Adit didatangi Viona ke perusahaan.
"Papa!" Panggil gadis kecil yang tiba-tiba sudah berada di kantor Adit.
"Lho dek? Kok adek di sini? Kan adek seharusnya lagi sekolah sekarang," tanya Adit pada putrinya yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
Viona berlari menghampiri Adit dan menjatuhkan tubuh kecilnya ke dalam pelukan Adit yang masih duduk di kursi.
Adit segera menangkap tubuh mungil putrinya dan mendekapnya erat. Pria itu kemudian mengangkat Viona dan mendudukkannya di pangkuannya.
Viona dengan lembut menyandarkan kepalanya di dada Adit.
"Pa.." panggil gadis kecil itu.
"Heum? Ada apa sayang?" Tanya Adit lembut sambil mengelus rambut lembut putrinya.
"Adek kabur dari sekolah. Papa jangan bilang mama ya?" Cicit gadis itu.
Adit terkekeh lucu dan mencium puncak kepala putrinya.
"Iya papa janji gak bilang mama. Tapi adek kenapa bolos hari ini?"
"Adek bosen. Pak Bram gak masuk," keluh Viona.
"Terus adek cari papa kenapa eum?" Tanya Adit lagi. Pria itu kecanduan mencium puncak kepala putrinya.
"Adek ngantuk pa. Tapi mau tidur sama papa," rengek putri kesayangannya itu.
"Ha ha ha. Lucu banget sih anak papa!" Adit tertawa bahagia sambil mendekap Viona lebih erat.
Entah kenapa Adit merasa tidak ingin melepaskan pelukannya pada putrinya sedikit pun sekarang. Rasanya seperti putri kesayangannya akan terbang jauh jika tidak dipeluk erat-erat.
"Ya udah, adek tidur gih. Biar papa peluk sampai adek bangun," bisik Adit lembut di telinga kecil Viona.
Viona menganggukkan kepalanya kuat-kuat. "Kalau gitu adek tidur dulu ya papa," gumam Viona yang kemudian terlelap di dalam pelukan Adit.
Sesuai janjinya, Adit tetap merengkuh tubuh kecil putrinya saat putrinya terlelap. Adit terus mencium dan mengusap puncak kepala putrinya, mengabaikan pekerjaannya yang masih menunggu.
Kring..
Kring..
Mimpi indah Adit disela oleh sebuah panggilan telpon. Mata Adit langsung terbuka, pria itu akhirnya menyadari bahwa kedatangan Viona tadi hanyalah mimpi.
Pria itu mengusap wajahnya dengan kesal, sebelum melihat nama penelpon yang telah merusak mimpi indahnya. Adit mengambil ponselnya dan melihat nomor asing yang tertera di layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Viona (END)
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya kehidupan Viona, seorang gadis kecil yang hanya hidup bersama sang mama tiba-tiba punya papa baru dan 3 abang tiri? akankah hidupnya lebih bahagia atau justru makin pelik? Dan bagaimana kehidupan gadis cantik itu ketika cinta datan...