52. Provokasi Di Pagi Hari ⚔️

3.7K 235 6
                                    

Sabtu pagi, Selina menggelengkan kepalanya saat berdiri di depan pintu kamar putrinya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Dek, bangun dek. Katanya mau pergi sama Allen hari ini," panggil Selina dari balik pintu.

"Uh.. iya ma~"

Setelah mendengar jawaban putrinya, wanita itu pun pergi untuk membangunkan putra-putranya yang juga minta dibangunkan lebih awal hari ini.

Setelah rapi, Viona keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk minum susu, karena Allen sudah mengiriminya pesan tadi malam bahwa dia akan membawakan mereka sarapan.

Setelah sampai di bawah, gadis kecil itu disambut oleh keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan.

"Adek! Cantik banget sih?" Seru Rendi saat melihat adik kesayangannya keluar dari lift.

Ucapan Rendi tidak berlebihan. Nyatanya, Viona memang sangat cantik hari ini. Gadis kecil yang biasanya terlihat imut itu kini mengubah gayanya.

Gadis itu memakai dress selutut berlengan balon transparan berwarna cream dengan rempel di bagian bawah. Di dadanya terdapat sulaman bunga Dahlia. Perpaduan yang sempurna antara kemewahan dan kesederhanaan.

Karena akan menjelajahi taman yang sangat luas, Viona secara khusus memakai sneaker putih yang sama dengan milik ketiga abangnya.

Pergelangan tangan rampingnya dihiasi jam tangan kecil putih bertabur berlian yang dibeli Radit saat mengikuti lelang di Swiss terakhir kali.

Rambut ikalnya disanggul tinggi ke atas kepalanya. Menambah kesan awet muda fresh.

Gadis kecil itu juga memakai tas selempang berwarna putih berhias bordiran bunga Daisy.

Keempat pria Hermawan sangat menyukai dandanan cantik putri/adik mereka. Namun, mereka juga kesal ketika mengingat bahwa gadis kecil itu berdandan khusus untuk Allen. "Buat kesel aja dah tuh anak!"

Selina juga tersenyum bahagia. "Anaknya mama cantik banget!" Puji Selina senang.

Melihat tanggapan antusias keluarganya, Viona juga merasa bahagia. Gadis itu kemudian berjalan perlahan menuju meja makan yang letakkannya hanya 15 langkah dari lift.

Rian bangun dari kursinya ketika Viona sudah mendekati meja makan. Pria itu dengan lembut menarik kursi untuk adik kecilnya dan membantu gadis itu duduk.

"Makasih abang," ucap gadis kecil itu dengan senyum manis di wajah cantiknya.

Cup!

Rian balas tersenyum dan mengecup dahi Viona sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Adek mau sarapan pakai apa? Biar papa ambilin," tawar Adit kepada putrinya yang duduk di sebelah kirinya.

Viona tersenyum cerah ke arah papanya. "Adek minum susu aja papa," jawab Viona seraya meraih segelas susu hangat yang diletakkan di depannya.

Adit menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa gak sarapan sayang? Sarapan itu penting lho. Jangan dilewatin," nasihat Adit lembut.

Viona mengangguk setuju. "Iya pa. Tapi Allen bilang nanti kami sarapan di taman aja," jawab Viona apa adanya.

"Anak itu lagi?!" Geram keempat pria itu.

"Adek sarapan aja dulu di rumah. Siapa tahu kan Allen datangnya telat. Nanti adek laper lagi," kata Radit lembut.

"Iya dek. Gak baik lho melewatkan sarapan walau cuma sebentar," sambung Rian serius.

Viona memikirkan kata-kata papa dan kedua abangnya.

Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang