12. Vio's First Step 👣

16.3K 785 6
                                    

Pagi itu, langit mendung disertai hujan deras. Selina dan Adit sudah berpakaian rapi dan hendak keluar.

"Papa sama mama pergi dulu, kalian jaga adek ya?" Pesan Adit pada anak-anaknya yang masih duduk di meja makan.

"Iya pa," jawab Radit mewakili adik-adiknya.

"Papa sama mama pergi dulu ya dek?" Ujar Adit sambil mengambil Viona dari kursi bayinya.

"Pa!" Seru gadis itu bersemangat.

"Hahaha. Iya sayang papa di sini," ujar Adit sambil menciumi pipi gembul Viona, membuat bayi cantik itu tertawa.

Selina hanya tersenyum melihat tingkah suami dan putrinya. Kemudian, wanita cantik itu mengalihkan pandangannya ke arah putra-putranya yang melihat interaksi antara Adit dan Viona dengan penasaran.

Seulas senyum sedih terbit di bibir wanita itu. Hatinya terasa terenyuh kala melihat tatapan putranya. Dia tidak bisa tidak menyalahkan Adit yang sering kali bersikap dingin kepada putra-putranya.

"Mama pergi dulu ya bang," ujar Selina lembut sambil tersenyum.

Cup!

Selina pertama sekali mengecup kening Rian yang duduk paling ujung. Membuat laki-laki kecil itu tidak bisa bergerak dan menatap Selina dengan tatapan kaget. Rian merasa kaget karena ini adalah pertama kalinya dia dicium, bahkan orangtua kandungnya tidak pernah melakukannya.

Anak-anak yang melihat Rian dicium Selina juga kaget, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terbesit keinginan untuk merasakan hal yang sama seperti yang didapat Rian.

Selina tidak mengecewakan mereka. Wanita itu kemudian mengecup kening putra pertama dan terakhirnya secara bergiliran.

"Mama dan papa pergi dulu ya bang. Kalian liatin adek dulu ya, nanti kalau adeknya nakal marahin aja," ujar Selina sambil tersenyum.

Ketiga laki-laki kecil itu kompak mengangguk. Namun, mereka menjawab di dalam hati bahwa tidak mungkin mereka akan tega memarahi adik kecil mereka yang lucu itu, malah mereka akan merasa gemas bila adik mereka berperilaku nakal.

Setelah selesai berpamitan kepada putra dan putri mereka, Selina dan Adit pun pergi menuju tempat kerja masing-masing.

"Bang, ternyata dicium mama itu bikin bahagia ya. Pantes aja kawan-kawan Rendi dicium tiap pagi sebelum sekolah," ujar Rendi dengan senyum bahagia di wajah kecilnya.

Radit dan Rian menyetujui ucapan Rendi dalam diam.

Setelah selesai sarapan, Radit membawa adik-adiknya menuju ruang permainan di lantai pertama, bersebelahan dengan kolam renang yang hanya dibatasi oleh pintu kaca.

Rendi pergi untuk mengambil balok mainan, sedangkan Rian dan Radit duduk menemani Viona yang mulai tertarik oleh boneka perempuan berukuran setengah dari tinggi Viona.

Rian tertawa saat melihat boneka yang diambil Viona dari kotak penyimpanan.

"Rambut bonekanya mirip rambut adek," ujarnya sambil terkekeh yang diikuti oleh abang dan adiknya. Boneka cantik itu mempunyai rambut keriting yang sama dengan milik Viona.

"Aba~" protes Viona sambil memukul abang keduanya dengan boneka yang dipegangnya, seakan tau kalau abang-abangnya tengah menertawakan rambutnya.

"Hehehe. Rambut adek lucu kok," ujar Rendi yang tengah menyusun balok mainannya.

"Na~ na," ujar Viona sambil menggoyang-goyangkan rambut keriting kecilnya.

Di pertengahan, Rian bangkit untuk bermain mobil mainan, berkolaborasi dengan Rendi yang tengah membangun rumah dari balok.

Viona (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang