Part 6 : Group

7.6K 665 15
                                    

Banyak. Banyak sekali hal memusingkan yang terjadi minggu ini.

Kak Kevin, Mama, dan Papa pergi ke Australia untuk mengurus kuliah kak Kevin. Tinggallah aku dan Mbak Melati berdua di rumah.

Kepalaku jadi sering pusing. Tepatnya di tempat yang ketimpuk bola tempo hari. Pikiran hororku berkelebat. Masa iya tiba-tiba aku kena tumor? Kalo Papa dan Mama udah pulang, aku akan ke dokter.

Ga ada kak Kevin, aku jadi suka terlambat. Pasalnya transportku untuk ke sekolah jadi membingungkan. Aku memang sudah bisa menyetir mobil sendiri, tapi aku masih belum terbiasa dengan jalanan di sini. Orang tuaku juga belum mengizinkanku membawa kendaraan sendiri. Jadilah taxi yang kupesan selalu ngaret.

Ga ada kak Kevin, aku jadi ga ada temen bercanda di rumah. Akibatnya, aku jadi sering sensian di sekolah.

Ga ada kak Kevin, aku jadi kesepian. Aku kangen kakak nyebelinku itu. Dia baru pulang 2 minggu lagi. Songong banget mentang-mentang nilai ujian nasionalnya nanti ga berpengaruh buat masuk universitasnya.

Kan kan aku emosi lagi.

"Lo kenapa deh?" tanya Arina heran setelah aku mencoret-coret buku tulisku dengan rusuh.

"Gue bosen."

Saat ini jam pelajaran kosong. Guru matematika kami tidak bisa mengajar. Kelasku cukup ribut sih meski ada tugas yang harus kami kerjakan.

"Kok bosen? Lo aneh deh. Udah jam kosong juga." Amanda memutar tubuhnya untuk menghadap ke belakang. Laura mengikuti tindakannya.

"Kangen kakak lo ya?" tebak Laura. Dasar cenayang.

"Yaudah main ABC ada berapa yuk." Ajak Arina. Kami bertiga mengangguk. Lalu menyodorkan tangan kami di atas meja.

"ABC ada berapa..."

"Biar gue yang hitung." Usul Amanda girang. "M, M!" serunya kemudian.

"Kategori apaan nih?" tanyaku mengingat kami belum menentukan kategorinya.

"Hewan deh." Jawab Arina.

"Musang." Ucap Laura.

"Monyet!" Amanda berseru sambil menatap Arina penuh arti.

"Sialan. Lu kata gua monyet?" sergah Arina tidak terima.

"Gue gue! Gue pengen jawab." seruku semangat.

"Yaudah jawab buruan."

"Mantan!"

Ketiga temanku menatap ke arahku dengan tatapan yang sungguh aneh. Aku tergelak melihat ekspresi mereka.

"Mantan lo hewan?" Sebuah suara menghentikan tawaku. Kini pandangan ketiga temanku beralih ke sebelah kiriku. Tatapan mereka tak kalah aneh. Aku mengikuti arah pandang mereka.

"Kenapa pada ngeliatin gue kayak gitu sih?" Protes seseorang di sebelahku ini.

"Hai, Van. Lama ga ngobrol." Laura yang paling cepat sadar.

"Hai kalian. Sorry ya, gue pinjem mantannya hewan sebentar." Detik berikutnya, Ivano meraih sikuku lalu menarikku keluar kelas.

Bisa kurasakan tatapan teman-temanku yang semakin cengo sambil mengikuti langkahku keluar kelas.

"Apaan, Van?" Tanyaku sambil melepaskan genggamannya.

"Lo sekelompok Biologi sama gue."

"Hah? Kok gue ga tau?"

"Jelas lo ga tau. Lo kan ngilang waktu itu. Taunya lo main sama cowo di aula."

Aku mengernyit. Entah apa yang aneh tapi bahasa Ivano sedikit menyinggungku.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang