Part 9 : Jealous

7.4K 601 7
                                    

Headset putih yang sudah kumiliki selama 3 tahun mengalunkan lagu Amnesia milik 5 Seconds of Summer di telinga kiriku. Telinga kananku sengaja tidak kupasangkan headset untuk berjaga-jaga bila supir taxiku menanyakan sesuatu.

Aku sudah menguap 4 kali sejak duduk di kursi belakang taxi biru ini.

Mbak Melati membangunkanku terlalu pagi. Sebenarnya tidak terlalu pagi juga hanya saja aku tidak biasa bangun sepagi itu. Maklumlah. Aku cewek kebo yang hobi tidur.

By the way, mendengar lagu Amnesia ini membuatku teringat akan mantan pacarku ketika SMP. Dia memang cinta pertamaku. Sebenarnya tidak cinta-cinta banget sih jadi sebut saja mantan cinta monyetku.

Disakiti? Tidak terlalu. Aku yang memutuskannya karena bosan. Yeah, aku memang punya sejarah cinta yang tidak bagus-bagus amat. Kala itu, mantanku tidak ingin menerima keputusan sepihakku. Dia terus mengejarku hingga ia lelah sendiri dan menyerah begitu saja.

Nah. Hal itu membuatku malas untuk jatuh cinta lagi. Entah mengapa.

Dan sekarang tiba-tiba saja aku teringat akan Ivano. Laki-laki bermata tajam yang dijuluki Es Batu, namun entah dengan kekuatan dari mana aku berhasil mengajaknya mengobrol panjang lebar hari itu.

Aku belum menceritakan hal ini pada teman-temanku. Entah apa respon mereka setelah mendengarnya. Aku sendiri masih bingung dengan hatiku.

Logikaku berkata untuk tidak jatuh cinta dahulu karena ini masih awal SMAku dimana aku pernah berjanji untuk belajar dengan giat. Namun hatiku berkata untuk berusaha membuka pintu hati.

Drrt...

Sebuah getaran di ponselku menandakan ada LINE yang masuk. Segera saja kubuka pesan itu.

Christo Leon: Pagi bawahan. Inget ya pulang sekolah cek barang

Sial. Dikata bawahan.

Senyumku mengembang ketika membalas pesannya.

Karen Linatta: Ogah. Siapa coba main nyuruh2

Christo Leon: Oh berani nantangin gue? Gue tendang lo dari OSIS

Karen Linatta: Duh gue takut

Christo Leon: Serius dong Ren. Lo ga ada acara kan nanti? Anggota lain lagi berhalangan kalo nyari orang buat gantiin lo

Karen Linatta: Iyaiya nanti gue sama Radeana

Christo Leon: Sama gue juga

Karen Linatta: Iya aja

"Udah sampe, Neng."

"Ini uangnya, Pak."

"Makasih, Neng."


***


Setelah mengumpulkan buku PR dan pamit pada teman-temanku, aku berjalan santai ke aula basket. Kupikir aku bakal sampe duluan di aula. Begitu berbelok di ujung koridor, aku mendapati dirikulah yang terlambat sampai di aula.

"Dari mana aja lo? Telat lama banget." Ucapan kak Christo membuatku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Kak Christo bercanda. Ini baru juga sampe." Tambah Radeana.

Aku hanya menatap kak Christo dengan pandangan 'dasar jahil' sedangkan dia hanya menjulurkan lidahnya.

Sejak chat malam itu, entah kenapa aku tidak merasa canggung dengannya. Meski kami hanya sekedar bertegur sapa di sekolah, sikap friendly-nya membuatku nyaman untuk berteman dengannya.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang