Epilog

8K 535 29
                                    

Author's POV

Pintu kamar Karen diketuk kasar oleh kakaknya. Sebuah senyum jahil tidak bisa lepas dari bibirnya sejak 10 menit yang lalu. Ia baru saja merencanakan sesuatu untuk adiknya.

"Karennnn! Bangun! Udah siang nih ntar lo telat."

Tak ada jawaban dari dalam kamar. Kevin membuka pintunya dan segera membangunkan adiknya. Pada guncangan ketiga, adik perempuannya baru sadar bahwa ia kesiangan.

"Kok lo ga bangunin gue sih?!"

Karen melompat dari kasur kemudian keluar dari kamar menuju kamar mandi untuk membasuh tubuh seadanya.

"Gue udah bangunin dari tadi tapi lo kebo banget!" Seru Kevin dari luar kamar mandi.

5 menit kemudian, Karen kembali ke kamarnya lalu merapikan diri secepat yang ia bisa. Ketika hendak berpamitan dengan kakaknya, ia baru sadar kalau sepertinya Kevin tidak kuliah.

"Lo ga kuliah?"

"Jamnya siangan."

"Oh, gue cabut ya."

Karen membuka pintu apartemen mereka dengan kasar lalu menutupnya dengan cara yang sama. Handphonenya tiba-tiba berbunyi dan memaksa pemiliknya untuk mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut.

"He..." belum sempat ia menyelesaikan salamnya, sebuah lagu terdengar dari seberang sambungan telepon.

You're my honey bunch
Sugar plum
Pumpie umpy umpkin
You're my sweetie pie

You're my cuppy cake
Gum drop
Snookum snookums
You're the apple of my eye!

Gadis itu terpaku di tempatnya ketika semua kenangan yang sempat ia pendam dalam-dalam melayang lagi di benaknya. Lagu tersebut berhenti sejenak. Kemudian dari ujung lorong apartemennya, muncul seorang laki-laki yang sedang menempelkan ponsel di telinganya. Bersamaan dengan itu, lagu di telepon Karen tadi berganti dengan suara berat laki-laki.

"And I love you so,
And I want you to know
That I always be right here
And I love to sing
Sweet songs for you
Because you are so dear."

Selama lagu tersebut terus berkumandang, laki-laki di ujung lorong mendekati Karen yang masih membeku di depan apartemennya. Begitu lagu itu usai, jarak Karen dengan orang tersebut tersisa 5 langkah.

"Dulu gue pernah dikasi video yang cuma bisa gue denger saat itu. Gue juga denger orang itu ngucapin sesuatu yang bikin gue pengen tetep hidup demi ketemu dia. Sayangnya, dia udah pergi jauh dan gue harus nunggu sampe gue bisa nemuin dia."

Karen baru sadar kalau orang di hadapannya adalah orang yang sama dengan peneleponnya. Matanya melebar sedikit demi sedikit ketika mulai mengenali sosok tersebut.

"Tapi sekarang gue ga tau apakah keputusan gue untuk ngejar dia ke sini merupakan keputusan yang bener atau salah. Kejadian itu terjadi 2 tahun yang lalu dan gue sangsi kalo dia masih inget semua hal itu. Bagaimana kondisi gue aja dia ga mau tau. Itu sih yang gue denger dari saudaranya. Sebenernya gue pesimis dengan kehadiran gue di sini, apakah gue diterima atau tidak. Tapi gue selalu ngerasa ada yang harus gue selesaiin dari peristiwa waktu itu. Akhirnya gue berjuang untuk mendapatkan hari ini dan di sinilah gue."

Karen menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap laki-laki di hadapannya tepat ke dalam manik matanya. Namun gadis itu belum bisa untuk menyuarakan pikirannya.

"Apa kabar?" Tanya laki-laki tersebut setelah mengantungi ponselnya. Ia memasang senyum yang biasa ia berikan pada lawan bicaranya. "Kayaknya lo kaget banget ngeliat gue."

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang