Part 21 : Your Surprise

6.3K 518 3
                                    

Kukira takkan ada hujan yang turun lagi hari ini. Ternyata sore ini hujan belum bosan untuk membasahi tanah.

Kami berempat bersenandung mengikuti lagu yang diputar di radio mobilku. Aku dipalakin sama mereka dan aku mentraktirnya di sebuah restoran. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pantai untuk bersepeda sore namun waktu kami tidak banyak di sana sebab cuaca yang tidak mendukung.

Aku mengemudi ke rumah Amanda untuk mengantarnya pulang. Kedua temanku yang lain juga minta diantar pulang.

Setelah memastikan bahwa barang-barang Arina dan Laura tak ada yang tertinggal di rumah Amanda, aku memacu mobilku menuju rumah Arina.

Semalam mereka bertiga menginap di rumah Amanda hanya demi berangkat bersama ke rumahku pagi ini. Berhubung hari ini hari Sabtu dan sedang libur nasional, mereka dengan senang hati membuat kamar Amanda berantakan.

Setidaknya begitu penuturan Arina tadi pagi.

"Ren, gue ganti channelnya boleh ga?" Tanya Laura sambil menunjuk radio.

"No problem."

Ia terus mengganti saluran sampai menemukan lagu yang menurutku ia sukai.

Kini tinggal aku dan Laura yang duduk di kursi penumpang sampingku.

"Emang kenapa sama lagu tadi?" Tanyaku kepo mengingat lagu yang tadi ia ganti adalah lagu milik Olly Murs dan Demi Lovato yang berjudul Up.

"Hmm, ga suka aja sih."

"Kenapa? Ada kenangan gitu?" Entahlah, tiba-tiba saja ada niat menjahilinya.

"Actually, yes."

"Kenapa kenapa? Gue kepo nih."

Dari sudut mataku dapat kulihat bahwa raut mukanya menunjukkan ekspresi berpikir yang cukup keras.

"Eh, gue ga maksa elo cerita kok kalo emang ceritanya privasi banget." Ucapku lagi saat ia tak kunjung membuka suara.

"Sebenernya itu lagu ngingetin gue sama orang sih."

"Oh? Hmm, dan lo ga mau inget sama orang itu terus menerus?"

"Gue bahkan ga berhak buat nginget orang itu."

"Yaudah, lupain lupain."

Aku memilih untuk menyudahi topik tersebut karena ekspresi Laura jauh dari kata baik-baik saja.

Tumben banget Laura galau gini. Dia bahkan ga pernah curhat pada kami masalah perasaannya pada seseorang kecuali tentang kak Rommy.

Detik itu aku menyadari bahwa keseharian kami, tepatnya kami berempat, belum cukup untuk menimbulkan kepercayaan satu sama lain.

"Thank you banget ya, Ren." Pamit Laura begitu aku berhenti di depan rumahnya.

"You're welcome. Gue yang harusnya makasih banget ke kalian."

"Sekali lagi happy birthday ya. Moga lo panjang umur and blessed. Tiati di jalan."

"Yo! Thanks!"

Laura keluar dari mobilku sambil menutup kepalanya dari air hujan dan berlari kecil. Aku segera melajukan kendaraan ke arah rumah yang memang hanya berjarak 10 menit dari rumahku.

Timbul pertanyaan iseng di benakku, kenapa mereka ga ngumpul di rumah Laura yang lebih deket dari rumahku?

Ah bodoamat lah yang penting udah dikasi surprise.

Rumah tampak sepi. Jelas saja, Papa sedang keluar kota, kak Kevin di luar sana, dan mungkin Mama sedang sibuk di kamarnya.

Jam dinding ruang tamu menunjukkan pukul setengah 8 malam. Perutku mulai lapar dan tubuhku gerah walau di luar hujan masih mengguyur.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang