Part 26 : His Tears

6.1K 488 3
                                    

Pusing. Aku bisa mengingat semua percakapan selama aku merasa tenggelam dalam kegelapan. Di balik kelopak mataku, aku bisa merasakan silaunya lampu namun kelopakku masih sulit terbuka.

Sarafku mulai bisa kugerakkan. Entah kenapa, jempol kaki kananku malah bergerak duluan, merasakan selimut tebal yang menutupi tubuhku. Kelingking jari kananku mulai bisa kugerakkan lalu indra perabaku mulai normal juga. Kurasakan tangan kananku berada dalam dekapan hangat tangan seseorang.

Aku berniat bahwa setelah aku sadar, aku akan mempertanyakan semua hal yang terjadi selama aku terdiam di tempat ini.

Namun begitu kesadaranku perlahan pulih, ingatan tentang semua percakapan di sekitarku mulai memudar.

"Karen?" Tangan yang menggengamku mulai mengerat.

Saat itulah kelopak mataku bisa terbuka, menemukan sosok yang kuingat sebagai kak Christo tersenyum cerah memandangku.

"Wait." Ucapnya lalu menekan tombol panggilan yang kurasa panggilan untuk suster jaga.

"Apa kabar?" Sapanya lagi dengan nada riang.

Aku hanya bisa tersenyum kaku. Lidahku terasa sangat kelu untuk sekedar menjawab pertanyaannya.

Kemudian 2 orang suster memasuki ruanganku.

"Oh, adeknya udah sadar ya?" Tanya salah satu suster pada kak Christo.

"Iya, Sus."

"Kalo gitu saya panggil dokternya dulu."

Seorang suster keluar dan seorang lagi menghampiriku.

"Halo, Dek." Sapa suster itu ramah. "Akhirnya bangun juga ya. Temen-temen kamu banyak banget yang kangen."

Lah? Kok suster ini tau aja?

Kurasakan sebuah remasan hangat di tangan kananku, menyadarkanku bahwa kak Christo masih menggenggam tanganku erat.

"Bentar lagi keluarga lo dateng." Ucapnya sambil tersenyum.

Dan benar saja, setelah dokter yang menanganiku datang, derap langkah kak Kevin yang senantiasa heboh menghampiriku diikuti Papa dan Mama.

Namun ia sedikit terlambat. Dokter baru saja menyuntikku dengan obat penenang yang ku tau untuk menenangkan diriku yang mungkin masih shock atas kecelakaan yang aku alami.

Jadi sebelum sempat membalas bacotannya, aku kembali tertidur sambil mendengar omelannya yang samar-samar.

"Dok? Gimana sih kok adek saya tidur lagi?? Saya kan belom ngomelin dia yang macem-macem. Saya masih kangen, Dok!"

"Kevin ih jangan malu-maluin. Adek kamu nanti juga bangun. Dia pasti masih shock."

"Mama ah."

***

Ternyata aku kecelakaan malam itu. Aku nyaris ditahan kalau kecelakaan itu memakan korban selain diriku. Kesaksian teman-temanku yang mengatakan bahwa aku tidak sengaja mengonsumsi minuman beralkohol ringan membantuku keluar dari masalah.

Itu adalah masalah terbesar dalam hidupku dan aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu lagi.

Aku koma selama 3 minggu. Melewatkan pembagian rapor, kelulusan kak Christo, tamasya akhir semester, menjemput kak Kevin di bandara, dan ulang tahun Amanda. Aku masih harus rawat inap selama 1 minggu.

Kak Kevin masih menemaniku ketika sosok yang selalu membuat jantungku berdebar tak karuan masuk ke ruanganku.

"Lo masih berani ke sini?" Kak Kevin langsung bangkit dan menghalangi Ivano menghampiriku.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang