Part 16 : Crying Again

6.4K 554 7
                                    

"Karen? Bangun woy!" Laura mengguncang lenganku dan akupun sadar dari lamunanku. Bahkan kak Christo telah turun dari panggung.

"Ih, lo terpesona ya sama dia?" Tanya Arina sambil tertawa meledekku.

"Emang gue ada bilang gitu?" Tanyaku galak. Enak aja. Ga mungkin aku terpesona sama dia.

"Mata lo yang bilang gitu."

Mulailah perdebatan kecil kami namun aku masih tidak bisa fokus untuk berdebat. Ingatanku masih memutar permainan kak Christo barusan.

Tidak. Aku ga boleh baper.

"Oh, jadi kalian ngumpul di sini." Suara Ardito memecah keributan kecil di antara kami. Di sampingnya ada Argi dan Leo yang merupakan teman sekelas kami.

"Kok kalian cantik-cantik sih? Kalo lagi sekolah aja pada ngebosenin." Ucap Argi tanpa aturan.

"Pergi aja lo!" Usir Sania.

"Hmm, kalian di sini ada 8 ya." Ujar Ardito sambil menatap kami satu persatu.

"Malvin mana?" Clara angkat bicara.

"Gue di sini." Malvin muncul bersama Dika, Robin, Mike, dan Gandi.

Aku mulai gusar.

Di mana ada Malvin, di situ pasti ada Ivano.

Tiba-tiba suasana sedikit runyam. Maksudku, suasana di mejaku sedikit runyam. Aku hanya bisa diam memerhatikan teman-teman sekelasku mencari pasangan. Aku masih tidak mengerti, pasangan buat apa sih?

"Lo sama Karen aja deh, gue entar cari yang lain." Suara Amanda membuatku menoleh ke arahnya. Dia sedang membicarakanku pada Malvin.

"Kurang 1 cowo nih." Celetuk Inka.

"Soulmate lo mana, Vin?" Tanya Sania.

"Gue sama elo aja, Man. Si Karen biar sama yayang gue aja." Ucap Malvin sambil menaik turunkan alisnya ke arahku.

Feelingku ga enak.

"Kok kalian geli gitu sih sampe yayang-yayangan?" Protes Leo.

"Suka suka gue dong. Nah itu si Ivano." Dalam sekejap Malvin memanggil Ivano untuk mendekat.

"Nah, Van. Lo sama Karen deh." Clara dengan lancangnya menunjuk Ivano dan aku bergantian.

Lagi-lagi aku bertatapan dengan mata tajam itu. Aduh beneran deh. Sikonnya ga enak banget.

"Gue aja deh yang sama Ivano." Laura tampak ingin memecah ketegangan yang antara aku dan Ivano.

"Emangnya ini pasangan-pasangan buat apa sih?" Akhirnya aku berani membuka suara setelah mengalihkan pandangan dari mata tajam itu.

"Lo ga tau? Nanti kan ada pesta dansa gitu." Jawaban Inka sukses membuatku bertampang bego.

Yang bener aja aku dapet pasangan sekejam Ivano.

"Boleh ga ikut kan? Gue ngantuk nih." Ucapku dusta.

"Yaelah ga seru lo." Sembur Malvin.

"Ntar gue sama yang lain aja deh." Aku masih terus berusaha mengelak sambil menghindari tatapan Ivano yang masih mengikuti gerakanku.

"Sama siapa coba?" Tuntut Ardito.

Ini kenapa Arina, Amanda, dan Laura pada diem aja sih? Ketika aku menatap mereka, mereka malah menatap ke arah belakangku sambil tersenyum cerah. Emang ada apaan di belakangku?

"Eh, elo di sini toh!" Suara kak Christo memekikkan telingaku. Aku segera menoleh dan mendapati senyuman penolongku.

"Nah, gue sama kak Christo aja ya. Kalian baik-baik ya." Entah mendapat keberanian dari mana, aku menarik kak Christo menjauhi mejaku.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang