Part 7 : Singing for You

7.7K 650 2
                                    

Hai hai! Ada sebuah lagu di part ini yang mungkin agak asing di telinga beberapa orang. Untuk itu, kalian bisa dengar lagunya di multimedia ya. Happy reading!

*****

Christo Leon: Karen, lo sama Radeana gue kasi tugas buat ngedata properti bekas panggung HUT tahun lalu di gudang yg ada di pojok aula basket ya. Lo keberatan ga?

Aku mengernyit membaca LINE dari kak Christo. Masa cewek sih yang disuruh ke gudang?

Baru saja aku hendak berteriak memanggil kak Kevin ke kamar sebelah, aku baru ingat kalau dia sedang pergi. Ah elah kangen banget nih.

Siapa yang bisa kutanyain macem-macem urusan sekolah kalo kayak gini?

Karen Linatta: Hmm ga bisa cowo aja ya kak yg ke gudang?

Baru saja handphoneku tergeletak di meja belajar, benda itu berbunyi singkat.

Cepet banget balesnya.

Christo Leon: Kalo gitu biar gue yg nemenin kalian

Modus.

Hush, siapa yang barusan bisikin gue kayak gitu? Belom tentu kakak ini modus. Bisa aja kan dia ketua yang penuh tanggung jawab?

Karen Linatta: Ya terserah deh kapan kak?

Christo Leon: Jumat bisa ga? Kelar sekolah. Ntar gue hubungi Radeana

Karen Linatta: Gue ga bisa kak. Ada ekskul musik trus kerja kelompok

Christo Leon: Lah trus lo ga basket?

Karen Linatta: Ga bisa kak

Christo Leon: Wah lo udah berani bolos ya

Entahlah. Aku terkikik geli membaca pesannya.

Karen Linatta: Sekali doang kak. Demi kelompok ini

Lagi-lagi aku mengulang kata-kata yang diucapkan Ivano waktu itu.

Christo Leon: Bener ya cuma sekali?

Karen Linatta: Iya kakakkk

Agak geli sih ya cuma rasanya ada godaan untuk menanggapinya seperti itu.

Dan akhirnya malam itu kuhabiskan dengan chatting-an dengan kak Christo.

***

Aku berdeham-deham sendiri di bangku pojok belakang sebelah kanan. Arina yang duduk di sebelah kiriku sedang memoles senar biolanya dengan tlaten. Rambutnya diikat rapi sedangkan rambutku kucepol asal-asalan.

Ini styleku saat sedang grogi.

Jujur, aku memang sudah beberapa kali mengikuti perlombaan akustik. Solo lagi. Entah kenapa, untuk seleksi di hadapan teman-teman dan hanya ada satu orang guru yang menilai seperti ini, aku merasa sangat gugup.

Pintu ruang musik terbuka. Menampilkan seorang cowok bermata hitam dan tajam, serta warna kulit dan tinggi badan khas atlet basketnya. Dia masuk ke ruang musik -dengan gaya yang menurutku sangat cool- lalu mengambil tempat di pojok kiri belakang.

Dialah alasan mengapa aku sangat gugup untuk performaku kali ini.

Kurasakan tanganku yang berkeringat. Bener-bener deh. Aku belum pernah sealay ini.

"Oke, anak-anak. Kita mulai ya seleksinya."

Chyntia maju pertama. Seleksinya diadakan untuk performa solo. Gadis itu duduk di kursi keyboard lalu mengaturnya sejenak kemudian jarinya mnari di atas tuts keyboard dengan mahir.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang