"Main truth or dare, yuk." Sebuah lolipop berhenti tepat di depan bibirku yang terbuka setelah mendengar ucapan seorang cowok yang duduk di sebelah kananku.
Hah? Ivano ngajakin main truth or dare?
Gue budeg?
Tangan kiriku refleks menepuk-nepuk kedua telingaku secara bergantian.
"Biasa aja dong." Ivano mendorongku pelan.
"Gue cuma ga abis pikir. Lo cowok dan lo ngajakin main truth or dare."
"Ya emang kenapa? Gue sama Malvin sering main di kelas."
Aku bengong lagi.
"Yaudah bilang aja kalo ga mau main." Ivano membuang pandangannya lalu mengemut lolipopnya lagi.
"Lo ngambek?"
Ivano tidak menggubrisku.
"Astaga." Keluhku lalu ikut membuang pandang. Detik berikutnya cowok itu tertawa sambil mengacak rambutku.
"Ya mana gue ngambek sih."
Aku menoleh ke arahnya lalu memasang senyum licik.
"Kalo gitu gue yang nentuin permainannya." Mendengar ucapanku, alisnya bertaut bingung.
"Cuma 7. Masing-masing dari kita cuma dapet 7 truth dan 7 dare. Gimana?"
"Curang. Gue maunya unlimited."
"Yaudah gue yang ngambek."
Aku membuang pandang lagi.
"Ish. Iyeiye."
"Nah gitu dong."
Mata kami kembali bertatapan.
"Gue duluan."
Aku mengangguk tanpa takut.
Sebenernya takut juga sih kalo dia bakal aneh-aneh, tapi mau gimana lagi? Di sisi lain aku kepo banget sama dirinya tapi aku takut kalo semua rahasiaku tentang dia terbongkar gitu aja."Gue kasi elo dare. Lo liat cowok yang lagi sandaran di tepi situ?" Telunjuk Ivano mengarah ke seorang cowok yang usianya tak beda jauh dari kami.
"Lo ke sana, sapa dia dengan senyum lo semanis mungkin trus tanya ke dia, gue ganteng apa kagak.""Lo gila?!" Seruku tanpa sadar, membuat beberapa orang menoleh ke arah kami.
Kami sedang berada di sebuah taman indoor. Taman yang berada di tengah sebuah mall. Ivano mengajakku ke restoran yang ada di dalam mall ini. Karena ajakannya juga, kami berada di taman ini. Agak ga jelas memang tapi aku benar-benar menikmati kebersamaan kami.
Tanpa berpikir bahwa semakin lama aku menghabiskan waktu dengannya, semakin sakit juga hatiku nantinya.
"Kan lo yang setuju main beginian."
Ivano memasang tampang puppy face untuk membujukku.
Gila.
Tampang bego gitu aja tambah bikin dia ganteng banget.
Dengan kesal -ga kesel juga sih, ralat- dengan gugup aku berjalan menghampiri cowok yang ia maksud.
"Ehm. Maaf..." kalimatku menggantung. Cowok itu menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya.
Aku segera memasang senyum semanis mungkin seperti yang Ivano mau.
"Maaf ya, tapi temen saya nanya, dia ganteng apa ngga menurut kakak?" Telunjukku segera mengarah pada Ivano yang sok bermain ponsel. Cowok yang kuajak bicara mengikuti arahanku lalu berbalik menatapku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
RomanceHidup ini penuh suka dan duka. Semua hal di dunia ini memiliki dampak positif dan negatifnya masing-masing. Ikatan tersebut berlaku pada kisah cinta tiap manusia. Berani untuk jatuh cinta berarti berani untuk patah hati kapanpun hal itu menghampiri...