Part 17 : Lost Control

6.7K 555 9
                                    

Alarmku berbunyi pukul 6 pagi. Deringnya sangat memekakkan telinga dan berhasil membuatku terjaga sepenuhnya. Hari ini merupakan hari yang cukup penting jadi aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ujian akhir semester baru selesai 2 hari yang lalu sedangkan besok aku akan mengikuti rapat perdana panitia MOS.

Selesai mandi, aku mengambil tas selempang sederhana dan memasukkan beberapa keperluanku ke dalamnya. Aku segera bergegas menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluargaku.

Aku sempat melirik ke arah pintu depan. 3 koper besar sudah berdiri rapi di sana. Tanpa sadar aku menghela nafas panjang sebelum bergerak ke meja makan.

"Udah bangun aja lo." Salam pagi kak Kevin benar-benar tidak berguna.

"Ayo buruan makan. Ntar terlambat lho." Mama segera mengajakku duduk di sebelahnya.

Sarapan pagi itu agak sepi, tidak semeriah biasanya yang pasti ada saja keributan kecil antar aku dan kak Kevin. Hari ini semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing walau ada satu atau dua kali kesempatan untuk menyampaikan topik-topik singkat.

"Siap lo?" Tanyaku begitu aku duduk manis di jok belakang bersama kak Kevin.

"Kita bakal ldr, Ren." Kemudian dia tertawa.

"Serah lo."

"Kamu yang setia ya. Jangan duain aku."

Bahasanya yang menggunakan aku-kamu membuatku geli.

"Lo tidur aja gih. Geli."

Kemudian dia tergelak lagi.

"Kevin," panggil Mama dengan suara rendah. Suasana di mobil sepi kembali.

"Jaga diri ya. Awas kamu aneh-aneh. Mama langsung masukin kamu ke panti rehab."

"Iya Mama. Saya tidak akan mengecewakan Papa dan Mama." Sahutnya tegas.

"Pegang omonganmu, Vin. Kamu laki-laki yang bakal punya tanggung jawab besar." Kini Papa yang memberi nasihat.

"Oke, Pa."

Hening lagi.

Aku menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Rasanya masih tidak rela kalau kak Kevin akan pergi.

Bener-bener ga rela.

Tiba-tiba kurasakan tangan yang melingkari tubuhku.

"Gue bakal kangen banget sama lo."

Yeah, lepas sudah bentengku.

"Aaaaaaa kak Kevin mah!!!" Seruku lalu memeluknya erat-erat. Aku membenamkan kepalaku di bahunya lalu menangis. Lagi-lagi aku menangis di hadapannya. Bedanya yang sekarang ga sekejer biasanya.

"Makanya lo cepetan pinter, cepetan tua, cepetan nyusul gue."

"Serah lo."

"Kalian ini sungguh mengharukan." Sindir Papa sambil melirik kami melalui kaca tengah.

"Bilang aja Papa mau kan kan kan??" Sergah kak Kevin.

"Ya iyalah mau."

"Mama juga mau."

"Kenapa ga di rumah tadi Ma? Paaaa?"

"Gengsi atuh."

Mau tak mau aku tertawa kecil. Suasana di dalam mobil mendadak ramai seperti biasanya. Kami mengobrol tanpa henti, saling melepas segala unek-unek di hati.

***

"Gue serius. Jaga diri lo. Telpon gue kapanpun lo butuh. Kalo gue ga genting, pasti gue angkat. Awas aja lo kenapa-napa. Gue bakal langsung..."

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang