Part 20 : Dream

6K 512 0
                                    

Christo Leon: Wahai bawahanku, ingatlah bahwa besok ada rapat pembubaran OSIS. Sekian dan terima kasih.

Karen Linatta: Iye gue tau

Christo Leon: Bagaimana kau bisa mengetahuinya, wahai anak muda?

Karen Linatta: Kan lo udah bilang di grup OSIS-_- gaje

Christo Leon: Galak-_- gue bosen nih

Karen Linatta: Urusan gue?

Christo Leon: Tanya kek gue lagi ngapain, lagi dimana, mau kemana

Karen Linatta: Gapenting buat gue. Dah sono gue ngantuk

Christo Leon: Pelit lu

Karen Linatta: Belajar yang bener bang biar lulus

Christo Leon: Nggih ndoro

Karen Linatta: Sut.

Christo Leon: Bye.


***

"Terima kasih atas kerja keras kalian selama 1 periode. Saya selaku ketua memohon maaf bila perbuatan saya kurang berkenan di hati rekan-rekan. Dengan ini, kepengurusan OSIS tahun 2014-2015 dibubarkan."

Tok. Tok. Tok.

Suara tepuk tangan memenuhi ruang rapat setelah bunyi palu diketuk tiga kali. Kini sang MC rapat mengambil alih microphone.

"Minggu depan akan diadakan pelantikan kepengurusan OSIS yang baru dengan tempat dan hari yang sama."

Selanjutnya aku mengalihkan perhatian dari pengumuman sang MC.

"Lo ikut OSIS lagi ga, Ren?" Suara Radeana yang duduk di sampingku membuat tatapanku beralih kepadanya.

Aku menggeleng. "Lo ikut lagi?"

"Iya. Gue suka banget ikut organisasi."

"Oh gitu. Lo dapet jabatan apa?"

"Ketua 2."

Ketua 2 di sini merupakan bawahan dari ketua umum OSIS.

"Wah serius lo? Kok gue baru tau?"

"Kan seleksinya tertutup meski undangannya disebarluaskan banget."

"Hmm, iya juga sih." Ingatanku melayang pada beberapa anak OSIS yang menyebarkan formulir pendaftaran ketua tempo hari.

Selesai rapat, aku berpamitan pada Radeana yang kelihatannya mulai sibuk dengan 'calon' jabatan barunya.

Hari ini mobilku masuk bengkel. Mobil warisan kak Kevin sih tepatnya. Jadi aku hendak berjalan keluar gerbang untuk mencari taxi.

"Yah, gue ga bisa manggil lo bawahan lagi dong." Suara berat yang sudah kuhafal itu membuatku menoleh ke belakang.

Kak Christo menyambut tatapanku dengan senyuman khasnya.

"Lebay lo."

Sudah cukup lama aku dan cowok di hadapanku tidak mengobrol secara langsung seperti ini. Ia terlalu sibuk dengan pelajarannya untuk ujian nasional 9 bulan lagi. Sama seperti kak Kevin dulu.

"Eh, gue mau ke Singapore besok. Mau oleh-oleh apa?" Ucap kak Christo sambil mengiringiku menjauhi ruang rapat.

"Songong lu." Ledekku sambil menyikutnya pelan.

"Ya deh ga ngomong-ngomong lagi." Sahutnya sambil memasang tampang bete.

"Yeh, malah ngerajuk. Gue canda atuh. Gue mau oleh-oleh kak Kevin dong."

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang